Jakarta (ANTARA) - Negosiator Perdagangan Ahli Muda Sub Koordinator Asia Selatan dan Tengah dari Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, Wisnu Widiyantoro, mengatakan bahwa Indonesia dan Afghanistan tengah menjajaki perundingan Perjanjian Perdagangan Preferensial (PTA), yang kini terhambat oleh pengambilalihan pemerintahan oleh kelompok Taliban.

“Tahun lalu, Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia mengunjungi kementerian kami untuk menyampaikan keinginan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan perdagangan melalui sebuah kesepakatan dengan Indonesia,” ujar Wisnu dalam acara seminar bertajuk ‘New Geopolitical Map After Taliban’s Return to Power’ yang digelar di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, pihak Afghanistan berupaya untuk dapat mencapai kesepakatan “Preferrential Trade Agreement” atau PTA dengan Indonesia, mengingat mereka ingin memiliki akses yang lebih luas terhadap pasar Indonesia.

Indonesia juga berniat untuk memperluas pasar ke Afghanistan sebagai salah satu tujuan ekspor non-tradisional.

“Pembicaraan ini masih di tahap yang sangat awal, kami belum menegosiasikan apapun, melainkan baru bertukar data dengan Afghanistan,”ujarnya.

Namun upaya tersebut terpaksa ditunda dengan perkembangan situasi domestik di Afghanistan.

“Dengan perkembangan situasi yang terjadi, sayangnya diskusi terkait PTA dan kerja sama ini berakhir, jadi kami belum dapat melakukan kontak dengan perwakilan Afghanistan di Indonesia maupun di Kementerian Perdagangan Afghanistan,” kata Wisnu.

Dia mengatakan bahwa saat ini pihaknya belum mengetahui bagaimana dapat melakukan kontak dengan mitra Afghanistan, terutama mengingat dalam informasi terakhir yang dikeluarkan oleh pihak Taliban, yang kini mengambil alih negara di Afghanistan, tak tercantum nama Kementerian Perdagangan dalam struktur kekuasaan.

Dia pun menyoroti potensi pengembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Afghanistan, di mana dalam kurun waktu dari tahun 2016 hingga 2020, kegiatan perdagangan tumbuh sebesar 3,5 persen.

 Namun pada awal 2021 angka tersebut mengalami penurunan sebesar 39 persen, didorong juga oleh pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan orang dan barang di berbagai belahan dunia.

Baca juga: Chappy: Perubahan kekuasaan di Afghanistan berpengaruh pada RI

B​​​​​aca juga: Pakar: Konflik Afghanistan jangan sampai rusak persatuan di Indonesia

Baca juga: Menlu: Indonesia harapkan perdamaian, stabilitas di Afghanistan

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021