Kami melihat adanya penurunan aktivitas perdagangan gelap di beberapa pasar, khususnya untuk gading gajah dan cula badak, tetapi kami juga melihat penjualan beberapa komoditas terlarang justru naik, khususnya untuk pangolin
Wina (ANTARA) - Penjualan gading ilegal dunia turun saat perdagangan pangolin naik, demikian isi laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pasar gelap satwa liar dalam empat tahun terakhir yang terbit Jumat.

Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) lewat Laporan Kejahatan Satwa Liar Dunia mengatakan perdagangan gelap gading gajah sempat naik pada 2011-2013, tetapi setelah beberapa negara, khususnya China melarang penjualan gading pada 2017, jumlahnya pun turun.

UNODC terakhir kali menerbitkan laporan semacam itu pada 2016.

Namun dalam empat tahun terakhir, perdagangan gelap pangolin, salah satu mamalia yang dilindungi dan terancam punah, justru meningkat. Pangolin, hewan yang hidupnya menyendiri dan biasa beraktivitas pada malam hari, kerap jadi bahan obat tradisional China, kata UNODC.

"Laporan Kejahatan Satwa Liar Dunia (The World Wildlife Crime Report) 2020 memuat kabar baik dan kabar buruk," kata salah satu peneliti UNODC Angela Me.

"Kami melihat adanya penurunan aktivitas perdagangan gelap di beberapa pasar, khususnya untuk gading gajah dan cula badak, tetapi kami juga melihat penjualan beberapa komoditas terlarang justru naik, khususnya untuk pangolin, batang pohon sonokeling, beberapa bagian tubuh harimau, dan belut eropa (Anguilla anguilla)," terang Me.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergesaran itu. UNODC juga dibatasi oleh definisi perdagangan gelap yang masih kabur. Namun umumnya, perdagangan dan penyelundupan satwa liar melibatkan aktivitas berburu di Afrika, yang hasilnya diselundupkan ke Asia, utamanya China, pasar satwa liar terbesar dunia.

Perdagangan gading gelap di China kemungkinan turun karena persediaan yang masih banyak dan pengaruh larangan dari pemerintah, kata UNODC. Harga gading ilegal di China turun separuhnya dari nilai pada 2014 dan 2018.

UNODC memperkirakan pendapatan yang dihasilkan dari penyelundupan gading pada 2016 sampai 2018 mencapai 400 juta dolar AS (sekitar Rp5,7 triliun) per tahunnya.

Dalam kurun waktu 2014 sampai 2018, jumlah sitaan sisik Pangolin, yang umumnya diperoleh di Afrika, naik 10 kali lipat. Saat itu, penyelundup mulai beralih ke daging Pangolin, yang lebih banyak ditemukan di Asia.

Setidaknya, 185 ton sisik Pangolin berhasil disita aparat pada rentang waktu itu. Dari jumlah itu, setidaknya 370.000 Pangolin dibunuh untuk diambil sisiknya, kata UNODC.

"Pangolin saat ini kemungkinan jadi mamalia yang paling banyak diselundupkan di dunia," kata badan PBB itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Direktur WCS sebut teknologi harapan lawan perdagangan satwa liar
Baca juga: China larang perdagangan 33 jenis binatang, anjing tidak termasuk
Baca juga: UNODC: Pasar narkoba sintetis di Asia terus berkembang

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020