Mereka lebih baik datang ke gereja yang beribadat selayaknya orang yang merdeka, dibandingkan harus hidup seperti tahanan di dalam rumah,
Central, Los Angeles (ANTARA) - Pastor Tony Spell, pimpinan Gereja Tabernakel di dekat kota Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat (AS), bersikukuh menggelar pelayanan pada Minggu (5/4) untuk menentang imbauan pemerintah agar berdiam di rumah demi menghindari penularan virus corona.

Sekitar tiga pekan lalu, Gubernur negara bagian Louisiana, John Bel Edwards, telah mengeluarkan larangan berkumpul jika ada 10 orang atau lebih.

Bagaimanapun, Spell, yang sempat ditangkap pekan lalu karena aksi serupa, kembali menunjukkan keyakinannya dalam ibadat itu dengan berkhotbah "tidak ada yang perlu ditakutkan kecuali ketakutan itu sendiri" di hadapan umat.

"Mereka lebih baik datang ke gereja yang beribadat selayaknya orang yang merdeka, dibandingkan harus hidup seperti tahanan di dalam rumah," kata Spell kepada wartawan.

Di wilayah Louisiana sendiri, tercatat ada sejumlah 13.000 kasus infeksi virus corona dan sebanyak 477 pasien yang terpapar virus itu meninggal dunia per 5 April.

Ratusan jemaat berkumpul di gereja tersebut, kebanyakan tiba dengan total 26 bus yang sengaja dikirimkan untuk menjemput mereka. Para jemaat, kecuali keluarga dekat, saling menjaga jarak paling tidak dua meter, menurut kuasa hukum pastor, Joe Long.

Long menyebut dirinya meyakini bahwa peraturan gubernur yang dikeluarkan pada 22 Maret soal swakarantina di rumah telah melanggar hak konstitusional AS atas kebebasan beragama dan berkumpul dengan aman dan tenang, menambahkan bahwa 16 negara bagian lain mengecualikan kegiatan keagamaan dalam peraturan karantina mereka.

"Kami yakin bahwa gubernur keliru. Dan kami akan membuktikannya di pengadilan," kata Long yang tengah menyiapkan tuntutan terhadap gubernur.

Salah seorang jemaat yang mendatangi pelayanan gereja, Tim Hampton, mengaku menjalankan pesan Spell.

"Saya tidak takut dengan virus ini. Kalau waktu saya tiba, ya pasti akan terjadi," ucap dia.

Namun, seorang warga yang tinggal di lingkungan sekitar gereja, Bobbye McInnis, justru berpendapat bahwa menggelar pelayanan keagamaan dalam situasi pandemi ini "sangat konyol".

"Mereka (pihak gereja, red) hanya ketakutan tidak akan punya cukup uang dalam kantong sumbangan," ujar McInnis.

Sejumlah umat Katolik lainnya di AS juga menentang aturan berdiam di rumah, yang bertujuan untuk menahan penyebaran COVID-19 dengan menghindari perkumpulan yang berpotensi menjadi tempat penularan, dengan memperingati Minggu Palma di gereja.

Sedangkan banyak gereja justru memilih untuk menggelar ibadat secara daring melalui siaran video di media sosial, seperti Zoom.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kementerian Agama keluarkan panduan ibadah Ramadhan semasa wabah

Baca juga: Jubir: 192 sembuh, 2.491 kasus positif COVID-19 di Indonesia

Penerjemah: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020