Rasanya tidak bisa bahan baku penting seperti alkohol ini hilang begitu saja ketika pandemi mulai terjadi,
Zurich (ANTARA) - Swiss menghadapi kekurangan bahan baku cairan pembunuh kuman yang esensial di masa pandemi COVID-19 saat ini, setelah tak lagi menimbun pasokan darurat 10.000 ton etanol sejak dua tahun lalu, demikian laporan surat kabar Tages-Anzeiger pada Senin.

Negara itu biasa menyiapkan cadangan pasokan darurat bahan-bahan seperti kopi, gandum, beras, minyak sayur, termasuk juga etanol. Namun pada 2018, negara menghentikan penyediaan stok etanol sebagai upaya privatisasi pasar alkohol, menurut laporan tersebut.

Keputusan itu dianggap turut berpengaruh terhadap kekurangan disinfektan, yang produknya mulai langka di pasaran sejak beberapa pekan lalu karena masyarakat menimbun, sehingga mendorong pelaku usaha penyulingan, pembuat anggur, dan pembuat bir membuat produk cairan pembunuh kuman itu.

Dalam laporan berita yang sama disertakan komentar dari sejumlah politisi, di antaranya anggota parlemen Alois Gmuer.

"Rasanya tidak bisa bahan baku penting seperti alkohol ini hilang begitu saja ketika pandemi mulai terjadi," kata Gmuer.

Politisi lainnya mengatakan bahwa persoalan ini harus diatasi secepatnya setelah krisis COVID-19 surut. Beberapa anggota parlemen dari partai Sosial Demokrat menyebut Swiss harus berinvestasi untuk stok darurat lebih dari yang sudah direncanakan sebanyak enam miliar franc Swiss (setara Rp101 triliun).

Sumber: Reuters

Baca juga: Penimbunan cairan pencuci tangan akibatkan lonjakan permintaan etanol
Baca juga: Getty Petroleum Marketing Inc. Berupaya Mendamaikan Sengketa Kontrak dengan Produsen Etanol

Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020