Sepertinya pada akhir Maret, ketika virus corona menjadi lebih meluas, kita akan mengalami penurunan (kekerasan) yang cukup besar
Mexico City (ANTARA) - Meksiko mencatat lebih banyak kasus pembunuhan pada Maret dibanding bulan sebelumnya selama masa jabatan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, yang menunjukkan bahwa kebijakan jarak sosial terkait COVID-19 tidak mempan mengurangi tingkat kekerasan, demikian angka-angka awal menunjukkan. 

Tercatat 2.585 pembunuhan pada Maret atau setara 83 kasus per hari, menurut data korban yang dilaporkan jaksa penuntut dan pemerintah federal. Angka tersebut merupakan jumlah tertinggi bulanan sejak Juni 2019.

Lopez Obrador, yang dilantik pada Desember 2018, pada Jumat mengakui bahwa kekerasan yang didorong oleh kejahatan terorganisasi terus terjadi pada Maret, meski pemerintah memberlakukan sejumlah langkah untuk menekan penyebaran virus corona, seperti meliburkan sekolah dan mendesak warga untuk tetap berada di rumah.

Baca juga: Jasad 43 orang ditemukan di Meksiko utara
Baca juga: Meksiko janji identifikasi ribuan jasad korban kekerasan


"Sepertinya pada akhir Maret, ketika virus corona menjadi lebih meluas, kita akan mengalami penurunan (kekerasan) yang cukup besar," katanya saat konferensi pers.

"Sayangnya, hal itu tak terjadi."

Presiden mengatakan tingkat kekerasan secara keseluruhan menurun pada kuartal pertama tahun ini, namun kisarannya tidak seperti yang kami inginkan. Data terakhir menunjukkan kasus pembunuhan menurun pada Januari dan Februari.

Lopez Obrador mengadopsi strategi keamanan yang menekankan serangan terhadap akar penyebab kejahatan, seperti kemiskinan. Pendekatan itu menuai kecaman dari sebagian orang lantaran Meksiko terus diguncang ledakan kekerasan yang mengejutkan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kuburan massal dengan 166 mayat ditemukan di Meksiko
Baca juga: Wartawan Meksiko dibunuh di tengah gelombang kekerasan terhadap media

 

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020