Baghdad (ANTARA) - Ulama populis Irak Moqtada al-Sadr pada Minggu mengimbau pembatalan demonstrasi terhadap kedutaan besar Amerika Serikat "untuk menghindari pertikaian internal," demikian pernyataan dari kantornya.

Sebelumnya Sadr menyerukan demonstrasi dilakukan di Baghdad dan kota-kota lain di Irak.

Pada Sabtu (25/1) pasukan keamanan menyerbu demonstran di kamp utama mereka beberapa jam setelah Sadr mengatakan dia akan menghentikan keterlibatan pendukungnya dalam aksi antipemerintah.

Baca juga: Ulama Sadr: Krisis Irak sudah berakhir

Sadr mendukung tuntutan pengunjuk rasa yang minta pencopotan politisi korup dan penyediaan jasa dan pekerjaan segera setelah aksi unjuk rasa mulai pada Oktober tapi tidak meminta semua pengikutnya untuk bergabung.

Meskipun demikian banyak dari jutaan pendukung Sadr yang berasal dari kawasan miskin Baghdad terlibat dalam demo.

Pengikut Sadr turun ke jalan pada Jumat menyerukan pengusiran pasukan AS dari Irak dalam suatu unjuk rasa yang terpisah dari demo antipemerintah. Demo yang diperkirakan oleh beberapa pengamat akan berubah menjadi kerusuhan itu akhirnya mereda setelah beberapa jam.

Sadr menulis di Twitter pada Jumat bahwa dia akan "berusaha tak campur tangan dalam perkara (pendemo) entah positif entah negatif, sehingga mereka dapat mengawal nasib Irak." Dia tak merinci lebih lanjut.

Di Basra, pendemo mendesak Sadr untuk mempertimbangkan apa yang mereka bilang merupakan penarikan dukungan terhadap demo populer. Dalam sebuah surat yang beredar di media sosial, mereka menyerukan dukungan pengikut Sadr. Tanpa dukungan pengikut Sadr, para pengunjuk rasa mengkhawatirkan terjadinya serangan dari pasukan keamanan.

Sumber Reuters

Baca juga: Pasukan keamanan Irak serbu dan tembaki kamp pengunjuk rasa

Baca juga: Empat pedemo, dua polisi tewas dalam kerusuhan di Irak

Baca juga: Trump dan presiden Irak bahas penarikan pasukan asing

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2020