Moskow (ANTARA) - Komandan Tentara Nasional Libya (LNA), Khalifa Haftar, meninggalkan Moskow tanpa menandatangani kesepakatan gencatan senjata, yang dirancang dalam pembicaraan di Rusia pada Senin, demikian Kantor Berita TASS, yang mengutip Kementerian Luar Negeri Rusia, Selasa.

Haftar diminta hingga Selasa pagi untuk mengambil keputusan mengenai kesepakatan tersebut seusai pembicaraan tak langsung dengan musuhnya, Fayez al-Serraj, kepala pemerintah Libya yang diakui secara internasional dan berbasis di Tripoli, kata menteri luar negeri Turki.

Keengganan Haftar untuk menandatangani kesepakatan dalam pembicaraan yang ditengahi oleh Turki dan Rusia berpotensi memperumit upaya diplomatik untuk menstabilkan situasi di Libya, yang tenggelam dalam kekacauan sejak Muammar Gaddafi terguling pada 2011.

Kanselir Jerman Angela Merkel pada Sabtu mengatakan dirinya berencana menggelar pertemuan tentang Libya pada Minggu dengan sejumlah pemimpin dari Turki, Rusia dan Italia.

Serraj, yang pasukannya berjuang menghentikan serangan LNA pimpinan Haftar terhadap Tripoli, menandatangani kesepakatan gencatan senjata seusai pembicaraan yang berlangsung selama delapan jam, kata Lavrov, Menlu Rusia, Senin.

Haftar menolak meneken kesepakatan gencatan senjata sebab di dalamnya tak tercantum batas waktu pembubaran pasukan pemerintah, menurut Kantor Berita Intefax, yang mengutip sumber militer Libya.

Sumber: Reuters
Baca juga: Pasukan Haftar Libya umumkan gencatan senjata bersyarat
Baca juga: Jerman akan adakan KTT membahas Libya pada 19 Januari
Baca juga: Rusia dan Turki perpanjang pembicaraan soal Suriah dan Libya

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020