Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TBC) di wilayahnya dengan menganggarkan Rp1 miliar pada tahun ini untuk menangani penyakit tersebut.
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen dalam pernyataan di Semarang, Selasa, mengatakan pemprov telah mengaktifkan tim percepatan penanggulangan tuberkulosis (TP2TB) dan membuat rencana aksi daerah (RAD) di provinsi dan masing-masing kabupaten/kota.
Langkah itu dinaungi dengan Peraturan Gubernur Nomor 27 Tahun 2024 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Tuberkulosis Provinsi Jateng 2024–2029, serta Keputusan Gubernur No. 440/37 Tahun 2024 tentang Tim Percepatan Penanggulangan TBC
"Di 35 kabupaten/kota sudah ter-SK semua, RAD tinggal satu, yaitu Kabupaten Klaten. Nanti saya akan segera lapor ke Gubernur agar bisa segera ditindaklanjuti," kata Gus Yasin, sapaan akrabnya.
Hal tersebut disampaikannya usai menghadiri Forum 8 Gubernur dalam rangka percepatan eliminasi tuberkulosis di Sasana Bhakti Praja, Kemendagri, Jakarta.
Menurut dia, Pemprov Jateng telah berkomitmen untuk mengejar target penemuan dan pengobatan masyarakat yang terkena TBC, selaras dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
"Kami 'concern' terhadap pertumbuhan ekonomi, kami ajak banyak investor asing masuk ke Jateng, salah satu yang dilihat adalah indikator TBC ini, masih tinggi apa nggak, kalau masih tinggi maka mereka berpikir ulang. Untuk menyukseskan itu akan kami realisasikan (eliminasi TBC)," katanya.
Secara umum kondisi TBC di Jateng sudah membaik, namun yang masih menjadi tantangan adalah temuan terkait penderita.
Sampai 25 Agustus 2025, capaian penemuan kasus TBC di Jateng baru mencapai 50 persen dari target bulan Agustus sebesar 60 persen, yakni 53.480 kasus dari target tahunan sebesar 107.488 kasus.
Dari capaian tersebut, kasus TBC Sensitif Obat (SO) tercatat sebanyak 52.891. Sebanyak 48.524 pasien yang sudah memulai pengobatan atau 92 persen, dan masih ada 4.367 pasien yang belum memulai pengobatan.
Kasus TBC Resisten Obat (RO) baru ditemukan sebanyak 589 dari estimasi 3.156 kasus. Dari jumlah tersebut, 493 pasien sudah memulai pengobatan atau 84 persen, dan masih ada 96 pasien yang belum memulai pengobatan.
"Kondisi di Jateng Alhamdulillah membaik, kita yang belum mencapai target adalah penemuannya. Jadi akan kami lakukan untuk target-target 2025 ini, semakin banyak target yang bisa kami temukan terkait TBC ini semakin minim penularan," katanya.
Apalagi, kata dia Jateng punya pengalaman terbaik penanganan COVID-19 sehingga optimistis bisa juga untuk penanganan TBC.
Program Dokter Spesialis Keliling (Speling) yang digagas bersama Gubernur Ahmad Luthfi dan diintegrasikan dengan Cek Kesehatan Gratis (CKG) dari pemerintah pusat akan dijadikan sebagai corong skrining TBC sampai di tingkat desa.
"Speling efektif untuk skrining TBC. Saya pernah mengawal juga, ketika ditemukan langsung kita distribusikan ke rumah sakit, puskesmas, dan lainnya untuk pengobatan lebih lanjut," katanya.
Baca juga: Kemenkum Jateng dorong penguatan kekayaan intelektual komunal Semarang

