Purwokerto, Jateng (ANTARA) - Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas Gatot Eko Purwadi mengatakan harga cabai di berbagai pasar tradisional setempat beranjak turun pascademo sopir truk terkait penolakan penerapan aturan over dimension over loading (ODOL).
"Kemarin saat terjadi demo ODOL di sejumlah daerah, harga cabai dan sejumlah komoditas sayuran memang sempat melonjak meskipun masih dalam batas kewajaran," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.
Menurut dia, aksi unjuk rasa sopir truk yang berkaitan dengan penolakan penerapan aturan ODOL itu memicu kenaikan harga cabai dan sayuran karena suplai komoditas tersebut ke pasar-pasar tradisional terhambat.
Bahkan, kata dia, pedagang di Pasar Ajibarang dan Pasar Wage sempat kekurangan pasokan cabai maupun sayuran.
"Kemarin hari Senin (23/6/2025) setelah rapat pengendalian inflasi, saya mengecek ke sejumlah pasar, memang suplainya tidak selancar sebelumnya. Namun hari ini (24/6/2025) mulai lancar, sehingga harganya beranjak turun," katanya menjelaskan.
Terkait dengan harga cabai rawit merah di Pasar Manis yang sempat dikabarkan mencapai Rp80.000 per kilogram saat berlangsung demo ODOL, dia mengatakan hal itu sebenarnya akumulasi dari pembelian secara eceran yang sebesar Rp8.000 per ons.
Akan tetapi jika membeli sebanyak 1 kilogram, kata dia, harga cabai rawit merah yang diperoleh konsumen masih berada pada rentang harga acuan yang berkisar Rp40.000-Rp57.000 per kilogram.
Selain itu, lanjut dia, komoditas pertanian termasuk cabai yang dijual di Pasar Manis sudah melalui proses sortir, sehingga harga jualnya lebih tinggi dari pasar lainnya.
"Berdasarkan pantauan saat berlangsung demo ODOL, harga cabai rawit merah tertinggi di Pasar Manis terjadi pada hari Minggu (22/6/2025) karena mencapai Rp61.125 per kilogram. Hari ini turun menjadi Rp54.658 per kilogram atau mendekati harga sebelum demo ODOL dan masih dalam rentang harga acuan," kata Gatot.
Saat dihubungi dari Purwokerto, pegiat Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Kabupaten Banjarnegara Teguh Suprapto mengakui demo terkait ODOL di Banjarnegara yang berlangsung pada tanggal 19-21 Juni 2025 berdampak terhadap pengiriman cabai dari wilayah itu ke sejumlah daerah.
Saat demo tersebut berlangsung, kata dia, sebagian petani tidak memetik cabai karena cabai-cabai yang sudah terlanjur dipetik menumpuk di gudang karena tidak bisa dikirim ke luar daerah.
Menurut dia, petani cabai yang berada di daerah pelosok paling terdampak demo ODOL karena mereka tidak mengetahui adanya unjuk rasa yang dilakukan oleh sopir truk, sehingga tetap memetik cabai.
"Dampaknya, harga cabai di pasar naik karena pasokannya tidak bisa masuk, sedangkan di tingkat petani banyak yang rusak karena tidak bisa keluar sehingga merugi," katanya menjelaskan.
Kendati demikian, dia mengatakan sejumlah petani berusaha mencari celah agar tetap bisa mengirim pasokan ke sejumlah daerah.
Dalam hal ini, dia mengaku bisa mengirim cabai ke Pekalongan dengan menggunakan sepeda motor melalui jalur Petungkriyono karena telah membuat janji dengan pembeli untuk bertemu di tengah perjalanan.
"Kalau ketahuan bawa cabai pakai mobil pasti kena sweeping oleh teman-teman sopir karena dianggap mencari untung sendiri ketika yang lain sedang berjuang melalui demo," katanya.
Jika unjuk rasa tersebut berlangsung cukup lama, kata dia, konsumen akan terdampak harga cabai yang cukup tinggi, sedangkan petani akan kesulitan untuk membayar upah tenaga kerja karena hasil panennya tidak terjual.
Ia mengakui harga aneka cabai di Pasar Induk Banjarnegara pun turut terdampak demo ODOL karena saat aksi unjuk rasa tersebut masih berlangsung, harga cabai rawit merah eceran mencapai Rp80.000 per kilogram.
"Kalau hari ini sudah turun di angka Rp45.000 per kilogram," kata Teguh.
Baca juga: Dinperindag: Stok bahan pangan di Banyumas aman hadapi masa paceklik