Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR RI Samuel Wattimena mengkurasi berbagai produk karya narapidana Lapas Perempuan Semarang, Jawa Tengah, dalam upaya memunculkan ciri khas yang berbeda dengan produk di pasaran.
Legislator yang memiliki latar belakang sebagai perancang busana tersebut dalam kunjungannya di Lapas Perempuan Semarang, Rabu, mengharapkan warga binaan bisa menghasilkan produk yang menarik yang berbeda dengan produk di pasaran.
"Hasilkan produk yang menarik, yang berbeda. Kalau jual produk yang sama dengan yang sudah ada di luar, mengapa harus beli di sini?" katanya.
Menurut dia, napi dan tahanan di Lapas Perempuan Semarang bisa meluapkan ekspresinya melalui produknya meski berada di balik penjara.
Wakil rakyat yang berada di komisi yang membidangi perindustrian, UMKM, ekonomi kreatif, pariwisata, dan sarana publikasi ini berpesan kepada warga binaan untuk tetap berkarya dan bersyukur di mana pun mereka berada.
"Beri ruang ekspresi bagi warga binaan. Namun, tetap harus diarahkan," kata Samuel Wattimena.
Dengan demikian, lanjut dia, produk yang dihasilkan akan sangat terasa sebagai karya warga binaan. Misalnya, batik dengan motif burung atau naga yang diborgol.
Samuel Wattimena menyebut motif tersebut sangat berkaitan dengan kondisi warga binaan yang merasa kehilangan kemerdekaan karena harus menjalani hukuman.
Selain kurasi terhadap produk karya warga binaan, Samuel Wattimena juga meminta petugas lapas untuk mendokumentasikan seluruh karya yang dihasilkan tersebut sebagai suatu portofolio.
Dengan adanya dokumentasi, menurut dia, masyarakat bisa memesan sesuai dengan desain yang pernah mereka buat.
"Warga binaan yang sudah selesai menjalani masa hukuman juga memiliki data tentang produk jika kelak mereka akan memproduksi lagi," katanya.
Anggota dewan ini meminta petugas lapas membenahi katalog produk karya warga binaan tersebut untuk memudahkan pemasaran.
"Produk-produk ini perlu dipasarkan, jangan menunggu pembeli datang," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Perempuan Semarang Rini Sulistiyowati mengatakan bahwa pihaknya memberi kebebasan kepada warga binaan untuk membuat produk sesuai dengan minatnya.
Disebutkan pula bahwa produk-produk yang dihasilkan, antara lain, batik, tas, pakaian, hingga berbagai jenis rajutan dan sulam.
"Pelatihan yang diperoleh selama menjalani pidana diharapkan bisa menjadi bekal saat bebas nanti," katanya.
Baca juga: Cegah napi lari, Lapas Perempuan Semarang cek saluran air dan terali