Semarang (ANTARA) - Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Sarif Abdillah mengimbau masyarakat untuk terus membangun literasi keuangan sebagai salah satu upaya mencegah risiko kejahatan keuangan.
"Literasi keuangan membantu masyarakat memahami risiko kejahatan keuangan seperti penipuan, pencucian uang, dan investasi bodong, sehingga dapat melindungi diri," kata Sarif di Semarang, Minggu.
Melalui peningkatan literasi keuangan, lanjut dia, masyarakat akan semakin memahami akan adanya ancaman-ancaman kejahatan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK Tahun 2022 menyebut tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen.
Sementara Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) Jawa Tengah mencatat 6.526 laporan penipuan keuangan berdasarkan data dari Indonesia Anti Scam Center (IASC) hingga Februari 2025.
Ia menambahkan, perkembangan teknologi saat ini, membuat dunia serasa dalam genggaman sehingga ancaman penipuan juga semakin tinggi.

"Pemahaman keuangan menjadi penting agar masyarakat lebih cerdas dalam mengelola keuangan," kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.
Lewat literasi keuangan, kata dia, masyarakat bisa memahami dengan benar manfaat dan risiko, mengetahui hak dan kewajiban, serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat memberi manfaat positif.
Ia menambahkan literasi keuangan juga membantu individu mengenali modus dan tanda-tanda penipuan, sekaligus bisa mengelola keuangan dengan baik.