Solo (ANTARA) - Pemuda Muhammadiyah menyoroti kasus tawuran yang melibatkan sejumlah siswa sekolah dasar (SD) di Kecamatan Tapos, Kota Depok, beberapa waktu lalu.
Terkait hal itu, Wakil Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Depok Andi Maulana melalui keterangan tertulis yang diterima oleh ANTARA di Solo, Jawa Tengah, Rabu, meminta Dinas Pendidikan memperkuat pendidikan karakter di lingkungan sekolah.
Menurut dia, pendidikan karakter di lingkungan sekolah merupakan bagian dari langkah tegas yang harus dilakukan oleh Dinas Pendidikan setempat.
Menurut dia, peristiwa tawuran tersebut merupakan alarm keras bagi semua pihak, terutama institusi pendidikan untuk mengevaluasi pendekatan pembinaan siswa di tingkat dasar.
"Fenomena tawuran di kalangan siswa SD ini sangat memprihatinkan. Ini menunjukkan bahwa ada yang kurang dalam pembinaan karakter di sekolah. Kami mendesak Dinas Pendidikan agar lebih serius membumikan pendidikan karakter yang holistik dan kontekstual di setiap satuan pendidikan," katanya.
Selain itu, menurut dia yang tidak kalah penting adalah kolaborasi antara pihak sekolah, orang tua, pemerintah, dan masyarakat dalam membentuk kepribadian anak sejak usia dini.
"Pendidikan karakter tidak cukup hanya mengandalkan sekolah. Harus ada sinergi antara guru, orang tua, dan lingkungan sekitar. Jika anak-anak sudah terlibat dalam kekerasan di usia dini, maka ini adalah kegagalan kolektif kita sebagai masyarakat, institusi pendidikan, dan pemerintah," katanya.
Ia juga menekankan pentingnya visi jangka panjang dalam pembinaan generasi muda, terutama menjelang momentum besar Indonesia Emas 2045.
"Kita tidak bisa menatap masa depan Indonesia Emas 2045 jika generasi mudanya sejak dini sudah terbiasa menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Oleh karena itu, sejak SD pun anak-anak harus dibina tidak hanya untuk cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual," katanya.
Ia juga mengajak para pemuda, khususnya yang tergabung dalam organisasi kepemudaan untuk turut serta dalam upaya pembinaan anak dan remaja di lingkungan masing-masing.
"Pemuda harus turun tangan, menjadi teladan di tengah masyarakat. Jangan biarkan anak-anak tumbuh tanpa arah. Perlu ada ruang-ruang positif di luar sekolah yang bisa membentuk karakter, seperti taman baca, komunitas olahraga, dan kegiatan keagamaan yang inklusif dan membangun," katanya.
Andi berharap insiden ini menjadi momentum untuk memperkuat ekosistem pendidikan yang tidak hanya fokus pada capaian akademik tetapi juga pembentukan karakter dan nilai-nilai kebangsaan.
"Pendidikan seharusnya menjadi ruang tumbuh bagi generasi muda untuk menjadi pintar, menjadi baik, dan berintegritas," katanya.