Solo (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah menyatakan perlu intervensi sensitif dan spesifik untuk menekan angka stunting di daerah termasuk Kota Solo.
Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Widwiono di Solo, Rabu mengatakan dari sisi spesifiknya adalah asupan gizi, sedangkan sensitif terjadi di daerah tertentu, di antaranya irigasi dan drainase.
"Kampung yang perlu diperbaiki dan ini menjadi salah satu komitmen Wali Kota Surakarta. Memang salah satu penyebab stunting ada di infrastruktur," katanya.
Melihat data stunting di Solo yang cukup rendah dibandingkan dengan daerah lain, ia memperkirakan jika dilakukan intervensi secara optimal maka kasus stunting di Solo bisa selesai dalam waktu satu tahun. Dengan demikian, pihaknya berharap penanganan kasus stunting di Solo bisa menjadi contoh bagi daerah lain.
Untuk kasus stunting di Solo, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surakarta Purwanti mengatakan dari hasil penimbangan serentak pada bulan Juni 2021, diketahui ada kasus stunting di Solo sebanyak 459 kasus.
"Kalau dilihat dari tahun 2020 kondisinya ada penurunan, yakni dari 2,7 persen jadi 1,7 persen. Namun penanganan stunting nggak bisa sesaat, intervensi harus dari berbagai OPD, ada spesifik dan ada intervensi sensitif," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Surakarta Selvi Ananda mengatakan untuk penanganan stunting ini perlu kerja sama lintas sektoral.
"Treatment-nya akan menggerakkan dinas terkait, lintas sektoral karena nggak bisa PKK sendiri atau Dinas KB sendiri, karena aspeknya luas. Tidak hanya masalah gizi tetapi juga faktor lain, drainase, sanitasi, perilaku keluarga di rumah, ada yang merokok atau tidak itu berpengaruh pada stunting," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan meski kasusnya turun namun pemerintah daerah tetap intens untuk mengurangi angka kasus stunting di Kota Solo.
"Ini kan harus totalitas, tidak bisa parsial, kemarin pak Menko PMK (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) ke sini, beliau memberikan pengarahan tentang area kumuh yang harus diintervensi, misalnya di Mojo, Semanggi. Ini nanti kan berpengaruh juga ke angka stunting, drainase, air bersih, MCK, kebersihan rumah, edukasi ke orang tua," katanya.
Ia mengatakan penurunan angka stunting menjadi pekerjaan besar yang harus segera diselesaikan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) jumlah orang tua yang menganggur bertambah banyak.
"Ini pekerjaan besar dari A-Z, jadi perlu dimitigasi, tetapi saya yakin angka di Solo bisa ditekan, targetnya ya nol," katanya