Pemkab Kudus berkomitmen turunkan angka kematian ibu dan bayi
Kudus (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berkomitmen menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan sarana dan prasarana ruang bersalin serta optimalisasi peran bidan desa, kata Bupati Kudus Hartopo.
"Ketika terjadi lonjakan kasus COVID-19, kami melihat ruang bersalin penuh di semua rumah sakit sehingga perlu ada langkah-langkah antisipasi, baik penambahan fasilitas ruang atau lainnya agar ketika terjadi kasus serupa bisa diantisipasi," ujarnya dalam pertemuan lintas program/lintas sektor di Pendopo Kabupaten Kudus, Selasa.
Akibat ruang bersalin penuh, kata dia, ibu yang mau melahirkan kesulitan mendapatkan penanganan terbaik.
Ketika angka kasus COVID-19 di Kudus tinggi, katanya, ada kecenderungan ibu tidak berani membawa anak-anak ke rumah sakit kalau tidak benar-benar sakit parah.
Ia mengatakan kejadian tersebut ikut menyumbang angka kematian bayi yang tinggi di Kudus. Untuk itulah, rumah sakit didorong meningkatkan sarana pendukung, sedangkan bidan desa akan dioptimalkan untuk pemantauan intensif dimulai sejak ibu hamil.
"Bidan desa dan penyuluh bisa lebih mengintensifkan pemantauan mencegah kematian ibu dan bayi. Pemantauan ibu dan anak bisa dimulai saat setelah menikah atau saat hamil sehingga kondisi dan gizinya bisa selalu diawasi," ujarnya.
Selain itu, kata dia, perlu adanya jalinan komunikasi antarpihak, mulai dari dokter hingga bidan desa harus diajak bekerja sama aktif agar dapat menemukan solusi yang tepat.
"Kalau permasalahan ini hanya dikerjakan sendiri tentu saja tidak bisa selesai. Perlu adanya sinergitas dan intens validasi data. Kami optimistis adanya gotong royong dan kerja nyata, segera bisa menurunkan kasus AKI maupun AKB," ujarnya.
Ia mencatat kasus angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pada 2021 masih tinggi, karena saat ini kasus AKI di Kudus 21 kasus, sedangkan AKB 60 kasus.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, jumlah kasus kematian ibu melahirkan selama Januari hingga November 2019 mencapai 11 kasus, sedangkan pada 2018 tercatat 10 kasus.
Kudus juga masih tercatat banyak kasus kematian bayi di mana sepanjang Januari hingga November 2019 mencapai 104 kasus sehingga dibandingkan dengan 2018 jumlah kasusnya masih lebih rendah karena sepanjang 2018 mencapai 112 kasus.
"Ketika terjadi lonjakan kasus COVID-19, kami melihat ruang bersalin penuh di semua rumah sakit sehingga perlu ada langkah-langkah antisipasi, baik penambahan fasilitas ruang atau lainnya agar ketika terjadi kasus serupa bisa diantisipasi," ujarnya dalam pertemuan lintas program/lintas sektor di Pendopo Kabupaten Kudus, Selasa.
Akibat ruang bersalin penuh, kata dia, ibu yang mau melahirkan kesulitan mendapatkan penanganan terbaik.
Ketika angka kasus COVID-19 di Kudus tinggi, katanya, ada kecenderungan ibu tidak berani membawa anak-anak ke rumah sakit kalau tidak benar-benar sakit parah.
Ia mengatakan kejadian tersebut ikut menyumbang angka kematian bayi yang tinggi di Kudus. Untuk itulah, rumah sakit didorong meningkatkan sarana pendukung, sedangkan bidan desa akan dioptimalkan untuk pemantauan intensif dimulai sejak ibu hamil.
"Bidan desa dan penyuluh bisa lebih mengintensifkan pemantauan mencegah kematian ibu dan bayi. Pemantauan ibu dan anak bisa dimulai saat setelah menikah atau saat hamil sehingga kondisi dan gizinya bisa selalu diawasi," ujarnya.
Selain itu, kata dia, perlu adanya jalinan komunikasi antarpihak, mulai dari dokter hingga bidan desa harus diajak bekerja sama aktif agar dapat menemukan solusi yang tepat.
"Kalau permasalahan ini hanya dikerjakan sendiri tentu saja tidak bisa selesai. Perlu adanya sinergitas dan intens validasi data. Kami optimistis adanya gotong royong dan kerja nyata, segera bisa menurunkan kasus AKI maupun AKB," ujarnya.
Ia mencatat kasus angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) pada 2021 masih tinggi, karena saat ini kasus AKI di Kudus 21 kasus, sedangkan AKB 60 kasus.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, jumlah kasus kematian ibu melahirkan selama Januari hingga November 2019 mencapai 11 kasus, sedangkan pada 2018 tercatat 10 kasus.
Kudus juga masih tercatat banyak kasus kematian bayi di mana sepanjang Januari hingga November 2019 mencapai 104 kasus sehingga dibandingkan dengan 2018 jumlah kasusnya masih lebih rendah karena sepanjang 2018 mencapai 112 kasus.