Boyolali (ANTARA) - Dinas Koperasi dan Tenaga Kerja (Diskopnaker) Kabupaten Boyolali mendorong warga disabilitas mengikuti kegiatan pelatihan menjahit untuk menjadi tenaga kerja di sektor formal melalui "Program Difablepreneur".
"Kami bekerja sama dengan PT PAN Brothers dan PT Pertamina memfasilitasi kegiatan pelatihan menjahit bagi warga disabilitas yang digelar di Sekretariat Forum Komunikasi Difabel Boyolali (FKDB) Karya Mandiri Desa Klewor, Kecamatan Kemusu Boyolali," kata Kepala Diskopnaker Kabupaten Boyolali, M. Syawaludin, di Boyolali, Senin.
Syawaludin menjelaskan pelatihan kegiatan menjahit tersebut diikuti 20 warga Disabilitas di Boyolali, dan akan berlangsung selama 18 hari ke depan.
Menurut Syawaludin, selain pelatihan menjahit bagi warga disabilitas, juga dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Program Difablepreneur dengan PT PAN Brother Boyolali dan PT Pertamina.
Dalam program tersebut, PT PAN Brothers akan menerima tenaga kerja dari peserta pelatihan yang lulus seleksi, kemudian untuk peserta yang tidak lulus didorong menjadi tenaga informal atau wirausaha mandiri.
"Kami berharap akan terbentuk kelompok usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang diberikan bantuan peralatan dan modal dari PT Pertamina selama tiga tahun," katanya.
Dia meyakini melalui MoU tersebut dapt mengakomodir dan memenuhi terwujudnya kesetaraan tenaga kerja dari penyandang disabilitas sesuai dengan Undang Undang (UU) Nomor 8 tahun 2016. Dijelaskan perusahaan umum harus terpenuhi minimal satu persen tenaga kerjanya dari penyandang disabilitas.
"Kami berharap membawa berkah, membawa semangat bagi warga penyandang disabilitas. Mereka punya kesetaraan yang sama sehingga mereka termotivasi mampu bersaing, berkompetisi dengan teman-teman yang lain," katanya.
Ketua FKDB Karya Mandiri Desa Klewor Boyolali Sri Setyaningsih mengatakan warga disabilitas di Boyolali dengan adanya kegiatan pelatihan penjahit sangat terbantu.
Warga disabilitas yang sebelumnya kesulitan mencari bekerja di perusahaan garmen, sekarang ada jalan untuk kesana. Mereka yang tidak memenuhi standar garmen dibuatkan UMKM sehingga diharapkan dapat mandiri dan berkarya.