Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati mengingatkan bahwa strategi penanganan bencana perlu jadi salah satu fokus utama pada Tahun 2021.
"Program kebencanaan pada tahun depan mungkin perlu lebih ditekankan pada strategi penanganannya untuk mewujudkan konsep penanganan yang tepat sasaran dan efektif," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Dia menjelaskan bahwa selama Tahun 2020 ini pelaksanaan penanganan bencana sudah cukup baik.
"Pemerintah sudah melaksanakan penanganan bencana dengan baik dan sangat serius. Konsep pentahelix yang dicanangkan pemerintah cukup efektif bekerja, terbukti dengan peran serta masyarakat, media, akademisi dan lain-lain dalam penanganan bencana sudah bisa berjalan," katanya.
Kendati demikian, kata dia, strategi penanganan bencana perlu terus diintensifkan mengingat strategi tersebut sangat penting untuk mewujudkan konsep penanganan yang tepat sasaran dan efektif.
"Dalam konsep bencana terdapat beberapa jenis bencana, yaitu bencana alam, bencana nonalam, bencana kesehatan dan bencana sosial. Penanganan bencana bisa dinilai keberhasilannya dari ketepatan dalam mitigasinya dan minimalnya risiko bencana," katanya.
Dengan demikian, menurut dia, keberhasilan mitigasi diukur dengan makin kecilnya risiko bencana yang ditimbulkan.
"Melalui strategi yang dipersiapkan dengan baik, maka penanganan bencana akan dapat tepat sasaran, sehingga masing-masing jenis bencana memiliki strategi masing-masing agar hasilnya dapat optimal," katanya.
Selain itu dia juga mengatakan dengan melihat beberapa kejadian bencana yang terjadi di tahun 2020 maka perlu juga dibuat pemetaan zona bahaya dan peraturan teknik standar bangunan.
Selain itu perlu sosialisasi yang masif dan pengembangan IPTEK untuk penanganan bencana.
"Pemetaan tingkat bahaya artinya adalah pemetaan untuk menentukan lokasi yang rawan dan tidak terhadap bencana. Perlu dibuat garis tegas kondisi ideal dimana bencana kemungkinan tidak terjadi dan risikonya minimal," katanya.
Pemetaan tersebut, kata dia, akan membantu dalam penanganan wilayah, karena setiap lokasi perlu penanganan yang berbeda.
"Kemudian penilaian bangunan dan kontruksi perlu direncanakan terkait kondisi wilayah yang berbeda, artinya wilayah dengan tingkat risiko yang besar tentu memerlukan penanganan yang juga lebih intensif," katanya.
Untuk wilayah yang cukup stabil, kata dia, perlu juga menetapkan standar bangunan secara ideal yang harus dipatuhi agar bangunan dapat makin stabil.
"Jika langkah-langkah diatas bisa diterapkan maka kemungkinan dampak bencana akan semakin minimal dalam rangka mendukung upaya mitigasi bencana," katanya.
Berita Terkait
Tiga desa di Kabupaten Jepara dilanda puting beliung
Minggu, 21 April 2024 19:35 Wib
Bupati Purbalingga serahkan bantuan kepada keluarga terdampak longsor
Jumat, 19 April 2024 15:54 Wib
Petugas gabungan tangani longsor di Desa Kaliori
Rabu, 17 April 2024 14:34 Wib
Belasan warga mengungsi akibat longsor di Punggelan
Sabtu, 13 April 2024 18:28 Wib
BPBD Kudus siapkan personel antisipasi bencana pada Lebaran
Selasa, 9 April 2024 4:40 Wib
UMP dampingi anak terdampak bencana tanah bergerak di Sirampog
Sabtu, 30 Maret 2024 16:47 Wib
Kejaksaan Agung berikan 9.500 paket sembako untuk korban bencana alam
Jumat, 29 Maret 2024 16:28 Wib
KKN UNS terapkan metode Iza! Kaeru Caravan untuk edukasi mitigasi bencana
Rabu, 27 Maret 2024 19:40 Wib