Semarang (ANTARA) - BKKBN Provinsi Jawa Tengah tidak hanya menangani tetapi juga mencegah stunting agar angkanya tidak terus mengalami kenaikan, apalagi secara nasional angka stunting berada pada peringat ke-4 sedunia.
"Targetnya kami terus mengawal stunting agar angkanya tidak naik karena secara nasional angkanya juga masih tinggi dari 30,2 turun menjadi 27,7 dari 2017 ke 2018," kata Kepala BKKBN Provinsi Jawa Tengah Martin Suanta.
Martin mengakui pada kasus stunting ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan mulai dari usia perempuan saat hamil karena usia perempuan di bawah 20 tahun yang harus melahirkan berpotensi besar menyebabkan terjadi pendarahan akibat panggul ibu belum begitu elastis dilalui bayi.
Hal tersebut mengakibatkan tidak hanya berisiko terhadap nyawa ibu tetapi juga bayi yang dilahirkan dengan bobot yang sangat kecil dapat memicu terjadi stunting atau kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Baca juga: BKKBN perkuat kemitraan untuk sukseskan Program KB
BKKBN, lanjut Martin, terus melakukan sosialisasi dan menggandeng sejumlah stakeholder terkait serta mengimbau usia menikah untuk perempuan 21 tahun dan 25 tahun untuk laki-laki.
"Meskipun UU 16/2019 (tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan) mengatur usia minimal menikah menjadi 19 tahun baik laki-laki maupun perempuan, dari sebelumnya 16 tahun untuk perempuan, BKKBN tetap mengimbau usia menikah untuk perempuan 21 dan 25 tahun untuk laki-laki agar ekonominya lumayan mapan begitu juga fisik dan mentalnya, sehingga angka perceraian tidak tinggi," kata Martin.
Stunting umumnya disebabkan oleh asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi tidak hanya setelah anak lahir, tetapi juga dilakukan sejak anak masih dalam kandungan atau 1.000 hari pertama kehidupan (270 hari dalam kandungan dan 730 hari sampai anak usia dua tahun).
"Oleh karena itu agar tidak terjadi stunting, maka ekonomi harus kuat karena gizi yang baik berkaitan dengan ekonomi," kata Martin.
Baca juga: Sirika Award, upaya BKKBN kendalikan tingkat kelahiran
Nanik Budi H, MP, Kabid KB-KR Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah menambahkan BKKBN tidak sekadar menangani tetapi terus berusaha mencegah agar tidak muncul kasus baru.
"Oleh karena itu rencanakan usia, jarak kelahiran, 1.000 hari pertama kehidupan, sejak dalam kandungan harus dijaga kesehatannya agar anak lahir tidak stuting," kata Nanik.
Untuk menjaga jarak kelahiran anak, lanjut Nanik, hal yang perlu dilakukan saat ibu masih usia subur yakni terpenuhi kebutuhan ber-KB termasuk KB pascapersalinan sehingga begitu selesai bersalin, ibu pulang sudah dalam keadaan ber-KB, sehingga mencegah tidak melahirkan dalam jangka pendek.