Semarang (ANTARA) - Pengamat sosial budaya dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. mengatakan bahwa perkembangan pesantren di Indonesia terus menggeliat.
"Pesantren yang biasanya lekat dengan kalangan nahdiyin, kini mulai dikembangkan oleh ormas Muhammadiyah yang sebelumnya banyak bergerak pada pendidikan formal umum," kata Ahwan Fanani yang juga Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah.
Ahwan mengemukakan hal itu di sela-sela persiapan pembangunan Pondok Pesantren Tahfidz Muhammadiyah di Desa Wonorejo, Wates, Ngaliyan, Semarang, Sabtu.
Lebih lanjut Ahwan menegaskan bahwa pendidikan model pesantren ini sudah menjadi bagian dari khazanah pendidikan Islam di Indonesia sejak dahulu.
"Model pendidikan pesantren ini sudah ada jauh sebelum republik ini berdiri. Bahkan, jauh sebelum ormas-ormas Islam lahir," kata Ahwan.
Berkembangnya pesantren di Indonesia dari masa ke masa, menurut Ahwan, tidak lepas dari cara pandang masyarakat mengenai belajar. Belajar zaman dahulu disebut mbeguru atau berguru.
Menurut dia, berguru sebenarnya fenomena umum karena dalam sistem pendidikan klasik kunci pendidikan adalah guru. Dalam tradisi Islam, Tiongkok maupun India, sentra pendidikan ada pada sosok guru sehingga orang belajar dengan mencari guru seraya melayani guru.
"Inilah yang kemudian menjadi ciri khas pesantren tradisional," kata Ahwan yang juga Ketua Pelaksana Pembangunan Pondok Pesantren Tanfiz Muhammadiyah tersebut.
Pesantren sendiri, lanjut Ahwan, terus mengalami evolusi. Awalnya, banyak pesantren berkembang dari pengajaran di masjid. Karena banyaknya pelajar dari jauh, dibuatkanlah tempat tinggal bagi santri.
Namun, sejalan dengan perkembangan zaman, pesantren juga terus menyesuaikan diri sehingga muncul pesantren salaf, pesantren semimodern, dan pesantren modern yang menyediakan pendidikan formal hingga jenjang dasar sampai perguruan tinggi.
Pesantren Muhammadiyah
Fenomena menarik saat ini, kata Ahwan, adalah terjadinya passing over dalam dunia pendidikan Islam. Organisasi pembaru semacam Muhammadiyah dan Persis yang sebelumnya menekankan pendidikan sekolah umum, juga mengembangkan pendidikan agama yang lebih fokus sebagaimana pesantren.
Sebaliknya, ormas seperti NU, Mathlaul Anwar, Nahdlatul Wathan, dan Perti yang dahulunya fokus pada pesantren secara berangsur juga mengadopsi sistem sekolah.
"Ini perkembangan yang bagus sekali. Masing-masing ormas berkembang saling melengkapi dan memajukan khazanah pendidikan Islam di negeri ini," ujar Ahwan.
Pesantren atau Pondok di Muhammadiyah sendiri, kata dia, masih dalam tahap perkembangan dan mencari bentuk. Pesantren dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan warga akan ahli agama.
"Makin banyak madrasah dan masjid yang dikelola Muhammadiyah tetapi SDM ahli agama makin berkurang. Kondisi itu menjadi keprihatinan tersendiri," katanya.
Sekarang spesialisasi makin dituntut, termasuk spesialisasi pendidikan agama. Perkembangan pesantren di Muhammadiyah sejalan dengan upaya spesialisasi atau takhassus dalam kajian agama.
Bangun Pondok
Pembangunan Pondok Pesantren Tahfidz Muhammadiyah Ngaliyan sendiri berdiri di atas tanah wakaf seluas 800 meter persegi. Di pondok khusus putra ini, para santri akan dididik menjadi para ahli agama, khususnya penghafal Al-Qur'an.
Pondok juga akan membuka madrasah diniah pada siang dan sore hari untuk anak-anak warga sekitar.
Ketua PCM Ngaliyan M. Anas Hamzah mengatakan bahwa rencana pembangunan pondok secara resmi pada hari Ahad (20/9).
Peletakan batu pertama akan dilakukan pada Ahad (20/9) pagi oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Panitia juga mengundang Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman dan unsur muspika setempat serta pihak terkait.
Disebutkan pula bahwa bangunan pondok sendiri akan dibangun dua lantai dengan dana yang dibutuhkan sebesar Rp2,8 miliar.
Anas mengetuk hati para donatur untuk bisa menyisihkan rezekinya dalam pembangunan pencetak santri penghafal Al-Qur'an ini.
Donasi disampaikan melalui rekening panitia pembangunan PCM Ngaliyan di Bank Syariah Mandiri (BSM) KCP Ngaliyan nomor rekening 714-347-2177, atau melalui rekening BSM LAZISMU Kota Semarang nomor 777-888-1785.
Berita Terkait
Lima santri di Kudus tenggelam di area banjir, tiga ditemukan meninggal
Jumat, 15 Maret 2024 14:16 Wib
Kemenag buka pendaftaran program persiapan beasiswa santri pesantren salafiah
Minggu, 26 November 2023 17:47 Wib
Legislator minta Pemkot Semarang monitoring berkala pondok pesantren
Jumat, 15 September 2023 21:10 Wib
Kisah Aipda Agus Miswanto, menggapai cita-cita wujudkan pesantren Presisi
Rabu, 9 Agustus 2023 11:20 Wib
Gubernur Jateng sapa ratusan santri Ponpes Al Muayyad saat ke Solo
Selasa, 8 Agustus 2023 16:13 Wib
Menyaksikan prosesi Shalat Jumat yang berbeda di Pondok Pesantren Al Zaytun
Selasa, 1 Agustus 2023 14:56 Wib
Wapres: Pondok Pesantren Al Zaytun tidak dibubarkan atas pertimbangan masa depan santri
Rabu, 5 Juli 2023 14:18 Wib
Muhammadiyah pastikan pengawasan pada pontren
Minggu, 25 Juni 2023 16:05 Wib