Kesulitan air, warga di Boyolali membuat sumur di sungai kering
Boyolali (ANTARA) - Ratusan warga di Desa Kalimati, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengalami kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari akibat dampak musim kemarau yang berkepanjangan sejak Juni hingga Agustus ini.
Sumarni (35) salah satu warga Desa Kalimati, Juwangi, di Boyolali, Rabu, mengatakan dampak kekeringan yang melanda di wilayah Boyolali selama tiga bulan terakhir ini membuat warga kekurangan air bersih, karena sumur sebagai andalan sumber mata air sudah tidak keluar airnya.
Menurut Sumarni, untuk mendapatkan air bersih selama musim kekeringan saat ini warga Desa Kalimati harus membuat sumur kecil di dasar Sungai Kedungdondo desa setempat.
Menurut dia, Sungai Kedungdondo pada musim kemarau saat ini mengering dan warga kemudian membuat sumur kecil dengan kedalaman sekitar 1 hingga 2 meter untuk mendapatkan air.
"Warga harus menggali atau membuat sumur kecil yang kedalamannya sekitar 1 hingga 2 meter dari dasar sungai untuk mendapatkan air," katanya.
Selain itu, warga juga harus menunggu sekitar 30 menit, air baru keluar dan bisa diambil dengan gayung kemudian dimasukkan kedalam "kendi" atau tempat air dari bahan gerabah.
Baca juga: Atasi kekeringan, Temanggung bangun 7 sumur bor tahun ini
Warga menggunakan gayung mengambil sedikit demi sedikit dari lubang itu untuk memenuhi kendinya untuk dibawa pulang ke rumahnya.
Bahkan, warga untuk mendapatkan air harus berjalan sejauh sekitar 1 kilometer dari permukiman untuk mencapai Sungai Kedungdondo yang kering di desa setempat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Warga lainnya, Watini (60) mengatakan warga terpaksa mencari air di sungai kering tersebut karena mereka tidak mampu membeli air bersih. Air yang dimanfaatkan warga ini, kelihatan jernih, tetapi agar berbau tidak sedap.
Menurut Watini air dari sungai ini, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti masak, minum, mandi, dan persediaan minum ternaknya.
"Saya berharap pemerintah dapat menambah kiriman bantuan air bersih di daerah ini, selama musim kemarau," katanya.
Baca juga: 500 hektare tanaman padi di Banyumas puso akibat kekeringan
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Boyolali Bambang Sinungharjo mengatakan pihaknya sudah memasok air bersih ke Juwangi termasuk Desa Kalimati sebanyak 30 tangki dengan isi 5.000 liter per tangki.
Menurut dia, musim kemarau saat ini, yang sudah kena dampaknya di wilayah Kecamatan Juwangi, Wonosegoro, Wonosamodro, Tamansari, Musuk, dan Kemusu. Pihaknya hingga saat ini, sudah melakukan bantuan air bersih sebanyak 145 tangki.
"Kami pada anggaran tahun ini, telah menyediakan 338 tangki dari BPBD, 300 tangki (Kesra), dan 300-san lebih (donatur), sehingga ada 1.000 tangki lebih," kata Bambang Sinungharjo.
Oleh karena itu, pihaknya meminta warga yang membutuhkan bantuan air bersih bisa membuat surat melalui RT dan kelurahan serta langsung menghubungi BPBD setempat sehingga pasokan air langsung dilakukan ke daerah yang membutuhkan.
Baca juga: BPBD Banyumas telah salurkan 1.395.000 liter air ke wilayah kekeringan
Baca juga: BPBD Cilacap kehabisan anggaran bantuan air bersih
Sumarni (35) salah satu warga Desa Kalimati, Juwangi, di Boyolali, Rabu, mengatakan dampak kekeringan yang melanda di wilayah Boyolali selama tiga bulan terakhir ini membuat warga kekurangan air bersih, karena sumur sebagai andalan sumber mata air sudah tidak keluar airnya.
Menurut Sumarni, untuk mendapatkan air bersih selama musim kekeringan saat ini warga Desa Kalimati harus membuat sumur kecil di dasar Sungai Kedungdondo desa setempat.
Menurut dia, Sungai Kedungdondo pada musim kemarau saat ini mengering dan warga kemudian membuat sumur kecil dengan kedalaman sekitar 1 hingga 2 meter untuk mendapatkan air.
"Warga harus menggali atau membuat sumur kecil yang kedalamannya sekitar 1 hingga 2 meter dari dasar sungai untuk mendapatkan air," katanya.
Selain itu, warga juga harus menunggu sekitar 30 menit, air baru keluar dan bisa diambil dengan gayung kemudian dimasukkan kedalam "kendi" atau tempat air dari bahan gerabah.
Baca juga: Atasi kekeringan, Temanggung bangun 7 sumur bor tahun ini
Warga menggunakan gayung mengambil sedikit demi sedikit dari lubang itu untuk memenuhi kendinya untuk dibawa pulang ke rumahnya.
Bahkan, warga untuk mendapatkan air harus berjalan sejauh sekitar 1 kilometer dari permukiman untuk mencapai Sungai Kedungdondo yang kering di desa setempat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Warga lainnya, Watini (60) mengatakan warga terpaksa mencari air di sungai kering tersebut karena mereka tidak mampu membeli air bersih. Air yang dimanfaatkan warga ini, kelihatan jernih, tetapi agar berbau tidak sedap.
Menurut Watini air dari sungai ini, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti masak, minum, mandi, dan persediaan minum ternaknya.
"Saya berharap pemerintah dapat menambah kiriman bantuan air bersih di daerah ini, selama musim kemarau," katanya.
Baca juga: 500 hektare tanaman padi di Banyumas puso akibat kekeringan
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Boyolali Bambang Sinungharjo mengatakan pihaknya sudah memasok air bersih ke Juwangi termasuk Desa Kalimati sebanyak 30 tangki dengan isi 5.000 liter per tangki.
Menurut dia, musim kemarau saat ini, yang sudah kena dampaknya di wilayah Kecamatan Juwangi, Wonosegoro, Wonosamodro, Tamansari, Musuk, dan Kemusu. Pihaknya hingga saat ini, sudah melakukan bantuan air bersih sebanyak 145 tangki.
"Kami pada anggaran tahun ini, telah menyediakan 338 tangki dari BPBD, 300 tangki (Kesra), dan 300-san lebih (donatur), sehingga ada 1.000 tangki lebih," kata Bambang Sinungharjo.
Oleh karena itu, pihaknya meminta warga yang membutuhkan bantuan air bersih bisa membuat surat melalui RT dan kelurahan serta langsung menghubungi BPBD setempat sehingga pasokan air langsung dilakukan ke daerah yang membutuhkan.
Baca juga: BPBD Banyumas telah salurkan 1.395.000 liter air ke wilayah kekeringan
Baca juga: BPBD Cilacap kehabisan anggaran bantuan air bersih