Komunitas Dulbahlim wakili Kudus lomba peduli sungai
Kudus (ANTARA) - Komunitas peduli sungai yang bernama Dulbahlim (peduli perubahan iklim) Kudus, Jawa Tengah, menjadi wakil Kabupaten Kudus untuk mengikuti lomba peduli sungai tingkat Provinsi Jateng sebagai upaya menyadarkan masyarakat terkait pentingnya menjaga fungsi sungai.
Menurut Ketua Tim Verifikasi Lapangan Lomba Pemilihan Komunitas Sungai Saprudin di Kudus, Selasa, komunitas peduli sungai Dulbahlim asal Dukuh Kauman, Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus memang diikutkan dalam lomba bersama lima kabupaten lain di Jateng.
Kelima kabupaten lainnya, yakni Kabupaten Purwokerto, Pemalang, Purworejo, Surakarta dan Kendal.
Dirinya bersama empat orang lainnya, kata dia, mendapatkan mandat untuk melakukan assessment lapangan terkait pembinaan dan lomba komunitas peduli sungai.
Nantinya, kata dia, peserta lomba tersebut akan melakukan presentasi di Provinsi Jateng pada tanggal 8 Juli 2019.
Ia mengungkapkan kedatangan dirinya bersama empat orang penilai juga dalam rangka melakukan fungsi pembinaan dan penilaian untuk membantu pemerintah kabupaten/kota di Jateng dalam memelihara sungai.
"Kami tentunya berharap masyarakat juga ikut merasa memiliki sungai agar tetap bersih dan bebas dari limbah maupun sampah," ujarnya.
Komunitas peduli sungai tersebut, juga didorong untuk melakukan regenerasi agar bisa berkelanjutan dan komunitasnya juga selalu berkembang.
Pada kesempatan tersebut, komunitas Dulbahlim juga diminta melibatkan kalangan anak muda sebagai tonggak estafet bagi pengurus yang sudah tua.
Aliran sungai yang bebas dari sampah maupun pencemaran, tentunya bisa mengurangi risiko banjir dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang bisa mendatangkan pemasukan, seperti dijadikan kawasan wisata serta airnya dijadikan ari baku.
Ketua Komunitas Dulbahlim Umar Kotob mengungkapkan awal mula munculnya komunitas peduli sungai karena selama ini desanya sering dilanda banjir.
"Pemandangan sampah menumpuk di jembatan merupakan hal biasa dan tidak pernah habis," ujarnya.
Permasalahan tersebut, akhirnya mendorong masyarakat untuk membentuk komunitas guna menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Untuk melarang masyarakat membuang sampah di sungai, kata dia, bukan solusi tepat, melainkan harus dicarikan pula jalan keluar untuk membuang sampah.
Setelah terbentuk, kini masyarakatnya mulai sadar untuk membuang sampah pada tempatnya.
Masyarakat juga dibuatkan arena permainan, mulai dari flying fox hingga permainan edukasi lainnya serta ada pula Pinka Park atau taman tepi kali yang bisa digunakan untuk berswafoto karena terdapat jalan setapak yang dilukis dengan aneka tokoh kartun serta tersedia kolam ikan koi.
Baca juga: Dianggar Rp40 miliar, Pemkab Pati siap bantu sosialisasi normalisasi Sungai Juwana
Menurut Ketua Tim Verifikasi Lapangan Lomba Pemilihan Komunitas Sungai Saprudin di Kudus, Selasa, komunitas peduli sungai Dulbahlim asal Dukuh Kauman, Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus memang diikutkan dalam lomba bersama lima kabupaten lain di Jateng.
Kelima kabupaten lainnya, yakni Kabupaten Purwokerto, Pemalang, Purworejo, Surakarta dan Kendal.
Dirinya bersama empat orang lainnya, kata dia, mendapatkan mandat untuk melakukan assessment lapangan terkait pembinaan dan lomba komunitas peduli sungai.
Nantinya, kata dia, peserta lomba tersebut akan melakukan presentasi di Provinsi Jateng pada tanggal 8 Juli 2019.
Ia mengungkapkan kedatangan dirinya bersama empat orang penilai juga dalam rangka melakukan fungsi pembinaan dan penilaian untuk membantu pemerintah kabupaten/kota di Jateng dalam memelihara sungai.
"Kami tentunya berharap masyarakat juga ikut merasa memiliki sungai agar tetap bersih dan bebas dari limbah maupun sampah," ujarnya.
Komunitas peduli sungai tersebut, juga didorong untuk melakukan regenerasi agar bisa berkelanjutan dan komunitasnya juga selalu berkembang.
Pada kesempatan tersebut, komunitas Dulbahlim juga diminta melibatkan kalangan anak muda sebagai tonggak estafet bagi pengurus yang sudah tua.
Aliran sungai yang bebas dari sampah maupun pencemaran, tentunya bisa mengurangi risiko banjir dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang bisa mendatangkan pemasukan, seperti dijadikan kawasan wisata serta airnya dijadikan ari baku.
Ketua Komunitas Dulbahlim Umar Kotob mengungkapkan awal mula munculnya komunitas peduli sungai karena selama ini desanya sering dilanda banjir.
"Pemandangan sampah menumpuk di jembatan merupakan hal biasa dan tidak pernah habis," ujarnya.
Permasalahan tersebut, akhirnya mendorong masyarakat untuk membentuk komunitas guna menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Untuk melarang masyarakat membuang sampah di sungai, kata dia, bukan solusi tepat, melainkan harus dicarikan pula jalan keluar untuk membuang sampah.
Setelah terbentuk, kini masyarakatnya mulai sadar untuk membuang sampah pada tempatnya.
Masyarakat juga dibuatkan arena permainan, mulai dari flying fox hingga permainan edukasi lainnya serta ada pula Pinka Park atau taman tepi kali yang bisa digunakan untuk berswafoto karena terdapat jalan setapak yang dilukis dengan aneka tokoh kartun serta tersedia kolam ikan koi.
Baca juga: Dianggar Rp40 miliar, Pemkab Pati siap bantu sosialisasi normalisasi Sungai Juwana