Pemkot Magelang gelar lomba peragaan busana adat Nusantara
Magelang (ANTARA) - Pemerintah Kota Magelang menyelenggarakan lomba peragaan busana adat Nusantara dalam rangkaian peringatan Hari Kartini 2019 dengan peserta para perwakilan berbagai organisasi perangkat daerah di lingkungan pemkot setempat.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP4KB) Pemkot Magelang Wulandari Wahyuningsih di Magelang, Senin, menjelaskan lomba itu tidak sekadar ajang pamer busana.
Akan tetapi, katanya, untuk mengingat kembali dan meneladani perjuangan R.A. Kartini pada masa lalu dalam mewujudkan kesetaraan perempuan.
"Ini tidak semata 'fashion show', tapi untuk mengingatkan perjuangan Kartini, kita bisa keluar rumah karena beliau. Kalau tidak, perempuan masih dikungkung di dapur, kasur, sumur," ujarnya usai kegiatan di Aula Adipura Kencana, Kompleks Kantor Wali Kota Magelang itu.
Lomba diikuti sedikitnya 31 perwakilan OPD, BUMD, dan instansi di lingkungan Pemkot Magelang. Mereka menampilkan busana adat Nusantara, antara lain kebaya khas Jawa, kebaya khas Bali, Betawi, pakaian adat Padang, Palembang, dan sejumlah daerah lain di Kalimantan serta daerah lainnya di Indonesia.
Dalam rangkaian acara itu, juga dilakukan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.
Wulan menjelaskan pemotongan tumpeng merupakan ungkapan syukur karena era kini perempuan Indonesia, khususnya di Kota Magelang, bisa menikmati keadilan gender.
"Baik laki-laki dan perempuan bisa bekerja, dan yang penting bisa menciptakan keluarga sejahtera. Tetapi harus ingat, perempuan tetap harus mengutamakan suami, anak, dan keluarga," kata dia.
Peringatan Hari Kartini tahun ini yang mengangkat tema "Dengan Semangat Kartini Kita Wujudkan Kualitas Keluarga untuk Jawa Tengah Maju dan Berdikari", katanya, memberi semangat kepada semua elemen masyarakat untuk berperan dalam memberantas kemiskinan di Jawa Tengah, khususnya di Kota Magelang.
Untuk itu, katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang, pada peringatan itu dilakukan penggalangan dana bagi keluarga miskin.
"Harapan semua keluarga di Kota Magelang sejahtera. Meski kemiskinan turun, tapi itu harus diperhatikan. Kita ingin Kota Magelang 'zero kemiskinan'. Kita sedih kalau bisa berkebaya bagus, makan kenyang, tapi masih ada warga lain yang kelaparan. Maka tadi ada iuran kepedulian untuk warga kurang mampu," katanya.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan peringatan Hari Kartini untuk menyemangati jajaran OPD Pemkot Magelang agar senantiasa terinspirasi perjuangan pahlawan asal Jepara itu.
Menurut dia, Kartini pada masa lalu sudah memiliki pemahaman dan pemikiran luar buasa, terutama tentang kesetaraan gender.
"Untuk itu saya harapkan semangat Kartini agar terus dijaga, ada di setiap diri kita, semangat yang dinamis di tengah perjalanan bangsa ini," katanya.
Sebelum lomba peragaan busana adat Nusantara, jajaran Pemkot Magelang juga menyelenggarakan apel pagi dengan suasana yang berbeda daripada hari biasanya.
Seluruh peserta apel, baik perempuan maupun laki-laki, mengenakan pakaian adat Nusantara, sedangkan seluruh petugas apel dari kalangan perempuan, seperti komandan pasukan, pembina apel, pembawa acara, hingga pemimpin apel. (hms)
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP4KB) Pemkot Magelang Wulandari Wahyuningsih di Magelang, Senin, menjelaskan lomba itu tidak sekadar ajang pamer busana.
Akan tetapi, katanya, untuk mengingat kembali dan meneladani perjuangan R.A. Kartini pada masa lalu dalam mewujudkan kesetaraan perempuan.
"Ini tidak semata 'fashion show', tapi untuk mengingatkan perjuangan Kartini, kita bisa keluar rumah karena beliau. Kalau tidak, perempuan masih dikungkung di dapur, kasur, sumur," ujarnya usai kegiatan di Aula Adipura Kencana, Kompleks Kantor Wali Kota Magelang itu.
Lomba diikuti sedikitnya 31 perwakilan OPD, BUMD, dan instansi di lingkungan Pemkot Magelang. Mereka menampilkan busana adat Nusantara, antara lain kebaya khas Jawa, kebaya khas Bali, Betawi, pakaian adat Padang, Palembang, dan sejumlah daerah lain di Kalimantan serta daerah lainnya di Indonesia.
Dalam rangkaian acara itu, juga dilakukan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.
Wulan menjelaskan pemotongan tumpeng merupakan ungkapan syukur karena era kini perempuan Indonesia, khususnya di Kota Magelang, bisa menikmati keadilan gender.
"Baik laki-laki dan perempuan bisa bekerja, dan yang penting bisa menciptakan keluarga sejahtera. Tetapi harus ingat, perempuan tetap harus mengutamakan suami, anak, dan keluarga," kata dia.
Peringatan Hari Kartini tahun ini yang mengangkat tema "Dengan Semangat Kartini Kita Wujudkan Kualitas Keluarga untuk Jawa Tengah Maju dan Berdikari", katanya, memberi semangat kepada semua elemen masyarakat untuk berperan dalam memberantas kemiskinan di Jawa Tengah, khususnya di Kota Magelang.
Untuk itu, katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang, pada peringatan itu dilakukan penggalangan dana bagi keluarga miskin.
"Harapan semua keluarga di Kota Magelang sejahtera. Meski kemiskinan turun, tapi itu harus diperhatikan. Kita ingin Kota Magelang 'zero kemiskinan'. Kita sedih kalau bisa berkebaya bagus, makan kenyang, tapi masih ada warga lain yang kelaparan. Maka tadi ada iuran kepedulian untuk warga kurang mampu," katanya.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan peringatan Hari Kartini untuk menyemangati jajaran OPD Pemkot Magelang agar senantiasa terinspirasi perjuangan pahlawan asal Jepara itu.
Menurut dia, Kartini pada masa lalu sudah memiliki pemahaman dan pemikiran luar buasa, terutama tentang kesetaraan gender.
"Untuk itu saya harapkan semangat Kartini agar terus dijaga, ada di setiap diri kita, semangat yang dinamis di tengah perjalanan bangsa ini," katanya.
Sebelum lomba peragaan busana adat Nusantara, jajaran Pemkot Magelang juga menyelenggarakan apel pagi dengan suasana yang berbeda daripada hari biasanya.
Seluruh peserta apel, baik perempuan maupun laki-laki, mengenakan pakaian adat Nusantara, sedangkan seluruh petugas apel dari kalangan perempuan, seperti komandan pasukan, pembina apel, pembawa acara, hingga pemimpin apel. (hms)