Wali Kota Magelang minta warga waspada demam berdarah
Jika memang sudah ada kasus langsung tangani dengan baik, tidak harus menunggu lama-lama
Magelang (Antaranews Jateng) - Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito meminta masyarakat mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) meskipun tingkat serangan penyakit itu di daerah setempat tidak tergolong tinggi.
"Harus tetap diwaspadai, meskipun di Kota Magelang tidak termasuk daerah Kejadian Luar Biasa(KLB)," katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang di Magelang, Selasa.
Selama awal 2019, tercatat 15 kasus DBD dengan jumlah kematian satu orang, sedangkan pada periode yang sama pada 2018 tercatat 52 kasus, tidak ada korban meninggal dunia.
Selain mengingatkan organisasi perangkat daerah (OPD) yang terkait untuk tanggap dalam mengantisipasi KLB, ia mengemukakan pentingnya masyarakat dan berbagai kalangan lainnya menjaga kebersihan, terutama tempat-tempat yang mudah tergenang air karena bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aigyti, pembawa virus dengue.
Di sela pengarahan terhadap kepala OPD dan para direktur BUMD di Aula Adipura Kencana Kompleks Kantor Sekda Kota Magelang, belum lama ini, Wali Kota Sigit mengemukakan pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit DBD saat musim hujan pada 2019.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Pada kesempatan itu, ia menyatakan kader motivator gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN) Kota Magelang telah bekerja secara serius dalam pencegahan, penanggulangan, dan sosialisasi DBD.
"Saya benar-benar bangga kepada para kader motivator ini. Kader motivator harus mampu menggerakkan warga," katanya.
Dalam waktu dekat, Pemkot Magelang menggelar kerja bakti untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, dalam rangka mengurangi potensi nyamuk berbahaya itu.
Ia menyatakan, adanya potensi daerah setempat sebagai tempat berkembang biak nyamuk, antara lain karena Kota Magelang dilewati saluran irigasi teknis, Kali Manggis dan Bening.
"Karena itu, pemerintah mempunyai program untuk senantiasa menjaga kebersihan sungai," katanya.
Secara khusus, ia meminta Dinas Kesehatan proaktif mengantisipasi serangan DBD, antara lain melalui peningkatkan frekuensi pencegahan dan pengasapan.
"Pencegahan harus diutamakan, terutama kesadaran masyarakat akan hidup bersih. Jika memang sudah ada kasus langsung tangani dengan baik, tidak harus menunggu lama-lama," ujar Sigit.
Wakil Wali Kota Magelang, Windarti Agustina mengingatkan peran penting juru pemantau jentik (Jumantik) dalam memerangi DBD, sedangkan pihak pengurus RT, RW, lurah, camat, organisasi kemasyarakatan, hingga PKK harus bekerja sama untuk memastikan pencegahan dan penanganan DBD.
"Kalau dulu hanya beberapa rumah, tingkat RW satu Jumantik, mulai sekarang satu rumah minimal satu Jumantik. Ini membuktikan keseriusan pemerintah untuk mencegah DBD," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang, Fatma Murtiningsih menjelaskan hampir setiap hari, petugas melaksanakan pengasapan di berbagai tempat guna mencegah dan mengatasi merebaknya DBD.
Pada Senin (11/2), katanya, pengasapan di tiga lokasi, di mana ditemukan lebih dari dua warga terkena DBD.
"Mekanisme pengasapan ini menjadi jalan terakhir, apabila ada kasus DBD minimal satu orang atau ada orang demam lebih dari dua. Begitu diminta kita langsung mengerahkan tim," kata Fatma.
"Harus tetap diwaspadai, meskipun di Kota Magelang tidak termasuk daerah Kejadian Luar Biasa(KLB)," katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang di Magelang, Selasa.
Selama awal 2019, tercatat 15 kasus DBD dengan jumlah kematian satu orang, sedangkan pada periode yang sama pada 2018 tercatat 52 kasus, tidak ada korban meninggal dunia.
Selain mengingatkan organisasi perangkat daerah (OPD) yang terkait untuk tanggap dalam mengantisipasi KLB, ia mengemukakan pentingnya masyarakat dan berbagai kalangan lainnya menjaga kebersihan, terutama tempat-tempat yang mudah tergenang air karena bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk aedes aigyti, pembawa virus dengue.
Di sela pengarahan terhadap kepala OPD dan para direktur BUMD di Aula Adipura Kencana Kompleks Kantor Sekda Kota Magelang, belum lama ini, Wali Kota Sigit mengemukakan pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit DBD saat musim hujan pada 2019.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Pada kesempatan itu, ia menyatakan kader motivator gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk(PSN) Kota Magelang telah bekerja secara serius dalam pencegahan, penanggulangan, dan sosialisasi DBD.
"Saya benar-benar bangga kepada para kader motivator ini. Kader motivator harus mampu menggerakkan warga," katanya.
Dalam waktu dekat, Pemkot Magelang menggelar kerja bakti untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, dalam rangka mengurangi potensi nyamuk berbahaya itu.
Ia menyatakan, adanya potensi daerah setempat sebagai tempat berkembang biak nyamuk, antara lain karena Kota Magelang dilewati saluran irigasi teknis, Kali Manggis dan Bening.
"Karena itu, pemerintah mempunyai program untuk senantiasa menjaga kebersihan sungai," katanya.
Secara khusus, ia meminta Dinas Kesehatan proaktif mengantisipasi serangan DBD, antara lain melalui peningkatkan frekuensi pencegahan dan pengasapan.
"Pencegahan harus diutamakan, terutama kesadaran masyarakat akan hidup bersih. Jika memang sudah ada kasus langsung tangani dengan baik, tidak harus menunggu lama-lama," ujar Sigit.
Wakil Wali Kota Magelang, Windarti Agustina mengingatkan peran penting juru pemantau jentik (Jumantik) dalam memerangi DBD, sedangkan pihak pengurus RT, RW, lurah, camat, organisasi kemasyarakatan, hingga PKK harus bekerja sama untuk memastikan pencegahan dan penanganan DBD.
"Kalau dulu hanya beberapa rumah, tingkat RW satu Jumantik, mulai sekarang satu rumah minimal satu Jumantik. Ini membuktikan keseriusan pemerintah untuk mencegah DBD," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang, Fatma Murtiningsih menjelaskan hampir setiap hari, petugas melaksanakan pengasapan di berbagai tempat guna mencegah dan mengatasi merebaknya DBD.
Pada Senin (11/2), katanya, pengasapan di tiga lokasi, di mana ditemukan lebih dari dua warga terkena DBD.
"Mekanisme pengasapan ini menjadi jalan terakhir, apabila ada kasus DBD minimal satu orang atau ada orang demam lebih dari dua. Begitu diminta kita langsung mengerahkan tim," kata Fatma.