"Perlu lebih banyak melakukan penelitian tsunami karena mungkin tiap daerah memiliki karakteristik tsunami yang berbeda-beda," katanya di Purwokerto, Jumat.
Penelitian, tambah dia, juga dibutuhkan terkait desain sistem peringatan dini tsunami.
"Saya lihat memang sistem peringatan dini yang ada sekarang didesain untuk tsunami yang disebabkan gempa tektonik. Tapi sebenarnya sebab terjadinya tsunami tidak semata-mata karena gempa tektonik," katanya.
Dengan banyak penelitian, kata dia, maka akan makin memahami permasalahan, dan pada akhirnya makin akurat kebijakan yang diambil.
"Mudah-mudahan dengan demikian maka mitigasi bencana tsunami makin optimal," katanya.
Dia menambahkan, para pihak terkait juga perlu melakukan berbagai persiapan lain guna menghadapi kemungkinan bencana tsunami.
"Menurut saya, perlu adanya semacam `audit` kesiapan menghadapi bencana tsunami bagi pengelola daerah pantai dan pemda setempat yang bertujuan melengkapi kekurangan dan meningkatkan apa yang telah ada," katanya.
Bahkan, kata dia, perlu juga dibuat "simulasi" berkala mengenai bencana tsunami guna meningkatkan kesadaran masyarakat.
"Simulasi perlu dilakukan sesekali agar masyarakat lebih sadar bencana tsunami," katanya.
Selain itu, kata dia, perlu sosialisasi terus menerus ancaman bencana tsunami bagi masyarakat.