"Pada tahap pertama ini kami akan mengembangkan PLTSa dengan produksi listrik sebesar 5 mega watt (MW). Totalnya nanti akan menghasilkan 10 MW," kata Direktur Utama PT SCMPP Erlan Suherlan di sela Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik dari PLTSa Surakarta antara PT PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan DIY dengan PT SCMPP di Rumah Dinas Wali Kota Surakarta Loji Gandrung, Jumat.
Dia mengatakan totalnya dibutuhkan sekitar 450 ton sampah untuk bisa menghasilkan listrik sebesar 10 MW.?
"Kalau volume sampah di lokasi (TPA Putri Cempo, red) sekitar 1,6 juta ton," katanya.
Ia mengatakan untuk tahap pertama ini nilai investasi yang dibutuhkan sekitar 23 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan hingga tahap kedua mendatang total investasi yang dibutuhkan sekitar 57 juta dolar AS.
Untuk proses produksi dari sampah menjadi listrik tersebut dimulai dengan memilah sampah dari material yang tidak dapat diproses seperti kaca, logam, dan beton secara manual dan menggunakan mesin otomatis.
Selanjutnya, sampah yang telah disortir akan diolah hingga menjadi biochar. Menurut dia, biochar yang dihasilkan dari proses tersebut akan memiliki nilai kalori sekitar 5.000 kkal/kg dengan kadar air 10-15 persen.
Ia mengatakan proses utama pada pembangkit listrik tenaga sampah di bagian reaksi gasifikasi memproses biochar secara termokimia untuk mendapatkan campuran gas yang mudah terbakar yang disebut dengan Syngas.
"Selanjutnya Syngas akan diolah kembali hingga menghasilkan listrik," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero) Amir Rosidin berharap setelah ditandatanganinya kontrak tersebut, PLTSa Putri Cempo dapat beroperasi dua tahun ke depan.
"Saat ini pengembangan PLTSa ada di 12 lokasi, di antaranya Surakarta, Bandung, Semarang, Bali, Surabaya, dan Bekasi. Harapannya teknologi ini betul-betul bisa mengurangi volume sampah," katanya.