RMI-NU Apel Akbar Santri Nusantara di Vastemburg
Solo (Antaranews Jateng) - Rabithah Ma`ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) merupakan asosiasi pondok pesantren se-Indonesia akan menggelar Apel Akbar Santri Nusantara 2018 dalam memperingati Hari Santri Nasional yang dipusatkan di Bentang Vastenburg Solo, Sabtu (20/10).
Pada Apel Akbar Santri Nusantara tersebut akan dihadiri sebanyak 50.000 santri pondok pesantren dari 34 provinsi di Indonesia, dan rencana juga dihadiri Oleh Presiden RI Joko Widodo, yang memimpin langsung acara tersebut, kata Ketua Pengurus Pusat RMI-NU H. Abdul Ghoffar Rozin, di Hotel Kusuma Said Solo, Kamis.
Abdul Ghoffar Rozin yang sering dipanggil Gus Rozin itu, mengatakan mengapa Presiden Joko Widodo yang memimpin apel akbar tersebut, karena beliau dari sejarah yang menetapkan Hari Santri Nasional pertama pada 2015.
Presiden sebagai simbol Negara dan Ponpes menjadi bagian dari Bangsa Indonesia, sehingga dalam pengembangkan pesantren negara harus hadir secara riil dan politik.
?"Ponpes saatnya dijadikan mitra di dalam membangun karakter bangsa, sehingga kehadiran Presiden sebagai simbol negara menjadi sangat penting," kata Gus Rozin yang didampingi oleh Sekretaris RMI-NU Habib Sholeh selaku ketua paniti pelaksanaa acara.
Pada acara Apel Akbar Nusantara tersebut, kata dia, jadwalnya sempat mundur dua kali awalnya akan digelar di Stadion Sriwedari Solo pada Minggu (7/10), tetapi kemudian diundur Sabtu (13/10), dan akhir ditetapkan digelar di Benteng Vastenburg Solo, Sabtu (20/10).
Gus Rozin mengatakan acar apel akbat tersebut merupakan ajang kosolidasi para santri supaya memiliki atau menguatkan kembali rasa kebersamaan untuk meneguhkan dan bersama-sama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nanti ada perwakilan dari santri seluruh nusantara untuk menyampaikan ikrar tekad santri untuk menjaga NKRI.
"Acara ini, sebagai peneguhan komitmen kaum santri dalam menjaga berdirinya NKRI," ucap Gus Rozin.
Gus Rozin menegaskan pada acara kegiatan peringatan santri nusantara bertepatan masuk masa tahun politik, maka hal ini bukan acara kampanye sehingga tidak ada atribut apapun yang mendukung salah satu calon. Pak Joko Widodo diundang sebagai Presiden RI bukan sebagai calon Presiden.
"Kami mengimbau masyarakat bisa menjaga acara ini, tidak ada atribut parpol atau kampanye apapun, dan semuanya sesuai aturan dalam Pemilu," ujar Gus Rozin.
Menurut dia, ulama dan santri dari dahulu hingga sekarang menjadi motor penggerak kesatuan nasional, menjaga Pancasila, dan merawat perbedaan.
Melalui Apel Akbar Santri Nusantara itu, menjadi momentum peneguhan komitmen kaum santri tetap menjadi penjaga Bangsa dan Negara Indonesia dari upaya dan gerakan yang mengancam NKRI. Indonesia sebagai "nation state" degan Pancasila sebagai ideologi adalah dinilai, tidak berbenturan dengan nilai-nilai agama.
Selain itu, kegiatan Apel Akbar tersebut juga menjadi bagian untuk mendorong pemahaman kaum pesantren atas kondisi kebangsaan kekinian dan ke depan. Hal ini, saat terbaik untuk dapat memaknai Hari Santri sesuai dengan dinamika zaman yang makin berkembang.
Tantangan pertama bangsa ini, dalam menghadapi ideologi yang mengancam eksistensi NKRI damn sekelompok oraganisasi yang menjadikan radikalisme dan terorisme harus dilawan.
"Santri harus senantiasa menjadi pionir dalam mewujudkan perdamaian dunia," katanya.
Menurut dia, yang kedua santri perlu ikut terlibat dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerataan pembangunan khususnya dalam bidangh ekonomi menjadi pekerjaan rumah yang membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak termasuk pesantren.
Pada Apel Akbar Santri Nusantara tersebut akan dihadiri sebanyak 50.000 santri pondok pesantren dari 34 provinsi di Indonesia, dan rencana juga dihadiri Oleh Presiden RI Joko Widodo, yang memimpin langsung acara tersebut, kata Ketua Pengurus Pusat RMI-NU H. Abdul Ghoffar Rozin, di Hotel Kusuma Said Solo, Kamis.
Abdul Ghoffar Rozin yang sering dipanggil Gus Rozin itu, mengatakan mengapa Presiden Joko Widodo yang memimpin apel akbar tersebut, karena beliau dari sejarah yang menetapkan Hari Santri Nasional pertama pada 2015.
Presiden sebagai simbol Negara dan Ponpes menjadi bagian dari Bangsa Indonesia, sehingga dalam pengembangkan pesantren negara harus hadir secara riil dan politik.
?"Ponpes saatnya dijadikan mitra di dalam membangun karakter bangsa, sehingga kehadiran Presiden sebagai simbol negara menjadi sangat penting," kata Gus Rozin yang didampingi oleh Sekretaris RMI-NU Habib Sholeh selaku ketua paniti pelaksanaa acara.
Pada acara Apel Akbar Nusantara tersebut, kata dia, jadwalnya sempat mundur dua kali awalnya akan digelar di Stadion Sriwedari Solo pada Minggu (7/10), tetapi kemudian diundur Sabtu (13/10), dan akhir ditetapkan digelar di Benteng Vastenburg Solo, Sabtu (20/10).
Gus Rozin mengatakan acar apel akbat tersebut merupakan ajang kosolidasi para santri supaya memiliki atau menguatkan kembali rasa kebersamaan untuk meneguhkan dan bersama-sama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nanti ada perwakilan dari santri seluruh nusantara untuk menyampaikan ikrar tekad santri untuk menjaga NKRI.
"Acara ini, sebagai peneguhan komitmen kaum santri dalam menjaga berdirinya NKRI," ucap Gus Rozin.
Gus Rozin menegaskan pada acara kegiatan peringatan santri nusantara bertepatan masuk masa tahun politik, maka hal ini bukan acara kampanye sehingga tidak ada atribut apapun yang mendukung salah satu calon. Pak Joko Widodo diundang sebagai Presiden RI bukan sebagai calon Presiden.
"Kami mengimbau masyarakat bisa menjaga acara ini, tidak ada atribut parpol atau kampanye apapun, dan semuanya sesuai aturan dalam Pemilu," ujar Gus Rozin.
Menurut dia, ulama dan santri dari dahulu hingga sekarang menjadi motor penggerak kesatuan nasional, menjaga Pancasila, dan merawat perbedaan.
Melalui Apel Akbar Santri Nusantara itu, menjadi momentum peneguhan komitmen kaum santri tetap menjadi penjaga Bangsa dan Negara Indonesia dari upaya dan gerakan yang mengancam NKRI. Indonesia sebagai "nation state" degan Pancasila sebagai ideologi adalah dinilai, tidak berbenturan dengan nilai-nilai agama.
Selain itu, kegiatan Apel Akbar tersebut juga menjadi bagian untuk mendorong pemahaman kaum pesantren atas kondisi kebangsaan kekinian dan ke depan. Hal ini, saat terbaik untuk dapat memaknai Hari Santri sesuai dengan dinamika zaman yang makin berkembang.
Tantangan pertama bangsa ini, dalam menghadapi ideologi yang mengancam eksistensi NKRI damn sekelompok oraganisasi yang menjadikan radikalisme dan terorisme harus dilawan.
"Santri harus senantiasa menjadi pionir dalam mewujudkan perdamaian dunia," katanya.
Menurut dia, yang kedua santri perlu ikut terlibat dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerataan pembangunan khususnya dalam bidangh ekonomi menjadi pekerjaan rumah yang membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak termasuk pesantren.