Pekalongan (Antaranews Jateng) - Komunitas Pekalongan, Jawa Tengah, mengintensifkan kampanye penanganan rob di wilayah Kota Pekalongan melalui pembuatan produksi film berjudul "Ada Juang di Tanah Tergenang".
Sutradara Film "Ada Juang di Tanah Tergenang" Taufiq Canting di Kota Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa pembuatan film tersebut mengambil tempat di beberapa lokasi rob seperti di Kelurahan Pabean dan Bandengan.
"Pembuatan film ini bertujuan menyuarakan bencana rob yang masih terus dihadapi oleh warga Kota Pekalongan yang hingga sekarang belum teratasi. Film ini sebagai bentuk kegelisahan warga terhadap rob yang masih terus menggenangi di daerahnya," katanya.
Produksi film yang dibuat oleh jejaring komunitas yang prihatin terhadap rob serta dampaknya yang besar terhadap warga ini, kata dia, bertujuan agar pemerintah peduli bagaimana untuk mengatasi bencana tersebut.
Canting menjelaskan, film tersebut berkisah tentang seorang anak sekolah dasar Tika, yang merindukan daratan tidak tergenang air karena selama ini di daerahnya di Pabean terus tergenang rob.
Sebagai anak kecil, kata dia, Tika merasa tempat bermainnya terganggu karena dikepung oleh rob. Bahkan ketika memiliki sepatu baru untuk bersekolah, juga tidak bisa digunakan seperti anak-anak pada umumnya di daerah kering.
Kemudian, Tika mengadu pada kakaknya Afida, dan orang tuanya namun tetap tidak bisa menegubah kondisi kampung halamannya yang tetap tergenang rob.
"Film ini hanyalah salah satu potret persoalan yang dihadapi oleh warga di sekitar rob. Rob telah berdampak pada kehidupan warga, termasuk kehidupan sehari-hari dan pendidikan anak," katanya.
Penulis naskah film Al Hadad mengatakan film ini dibuat bergotong-royong dari berbagai komunitas yang ada di Pekalongan antara lain Komunitas Perupa, Blogger Pekalongan, Insta Pekalongan, Explore Pekalongan, Akademi Berbagi, Mahasiswa Pekalongan Raya di Yogyakarta, Komunitas Fotografi Indonesia Wilayah Pekalongan, Komunitas Film Pekalongan, Perempuan Kepala Keluarga, dan HMI.
"Film yang dibuat merupakan film pendek. Durasinya lima menit dan menggambarkan, anak-anak tetap melaksanakan upacara bendera di lapangan yang tergenang rob meski berada di tengah rob," katanya.