"Sejak akhir Mei 2018 harga jual kedelai impor memang mengalami kenaikan menjadi Rp7.500/kg, saat ini harganya masih bertahan tinggi," kata Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma`ruf di Kudus, Senin.
Ia mengatakan kenaikannya memang bertahap karena awal April 2018 harganya masih berkisar Rp6.400 per kilogram, kemudian secara bertahap mengalami kenaikan hingga mencapai Rp7.000 per kilogram.
Informasinya, lanjut dia, kenaikan harga kedelai impor disebabkan karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang cenderung melemah.
Usai Lebaran, kata dia, para pengrajin tahu dan tempe tentunya menginginkan harga kedelai impor bakal mengalami penurunan.
Stok kedelai impor yang tersedia saat ini, lanjutnya, tersedia cukup karena di gudang tersimpan 70-an ton.
Untuk permintaan kedelai impor per harinya, kata dia, berkisar 15 ton hingga 20-an ton.
Dengan demikian, kata dia, stok yang tersedia saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha pembuat tahu dan tempe di Kudus.
Sementara ketersediaan kedelai lokal, kata dia, untuk saat ini belum ada pasokan karena sejumlah daerah penghasil belum ada panen kedelai.
Daerah yang menjadi pemasok kedelai lokal, yakni Kabupaten Grobogan, Kabupaten Pati, Kabupaten Jember dan Lamongan.
Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan.