"Kembul Bujana" merupakan salah satu tradisi masyarakat Kabupaten Klaten dimana lebih dari 1.200 orang duduk lesehan memanjang dan berhadap-hadapan untuk menyantap menu berupa nasi gudangan dengan lauk tempe, tahu, telur rebus, serta ikan asin yang disajikan di atas lembaran daun pisang.
Menu tradisional nasi gudangan itu ditata memanjang empat baris dengan total panjang mencapai 400 meter sehingga memenuhi area pedestrian Alun-Alun Kabupaten Klaten.
Cagub Jateng bernomor urut 1 tersebut mengapresiasi Festival Kuliner Tradisional Klaten itu karena dapat mempererat tali silaturahim dengan nilai sosial yang dimiliki masyarakat.
"Keterlibatan antara pemerintah, masyarakat, tokoh masyarakat atau agama `tumplek blek` menjadi satu, lesehan bareng, makan bareng," katanya.
Ganjar berharap Festival Kuliner Tradisional Klaten dapat terus digelar secara rutin dengan skala yang lebih besar.
Keunikan "Kembul Bujana", menurut Ganjar, terletak pada kearifan lokal yang memuat nilai-nilai kerukunan dan "tepo seliro" (tenggang rasa) yang tinggi.
"Inilah Jawa Tengah, makan gak makan kumpul, bukti kerukunan dan saling berbagi antarwarga yang menginspirasi kehidupan berbangsa dan bernegara kita," ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Penggagas Festival Kuliner Tradisional Klaten, Nick Nurrachman mengatakan acara tahunan itu sudah kali kedua ini digelar.
"Yang berbeda dengan tahun lalu adalah kehadiran Pak Ganjar pada tahun ini, beliau sengaja diundang oleh kawan-kawan PKL (Pedagang Kaki Lima) sini sebagai obat rindu," katanya.
Ia menyebutkan, Festival Kuliner Tradisional Klaten diselenggarakan oleh komunitas PKL Alun-Alun Kabupaten Kendal yang beranggotakan 300 orang.
Dalam acara tersebut, para PKL turut membuka gerai bermacam kuliner di tengah lapangan dengan menu seperti sate kere, kebab keju, pecel, sosis bakar, dan dawet ayu.