Purwokerto (Antaranews Jateng) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto optimistis inflasi pada bulan Mei di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pada bulan Mei 2018 masih terkendali, kata Kepala KPw BI Purwokerto Agus Chusaini.
"Kami optimistis inflasi di kota Purwokerto pada bulan Mei masih dalam kisaran sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5 plus minus 1 persen," katanya di Purwokerto, Jumat.
Ia mengakui jika pada bulan April 2018, Purwokerto tercatat mengalami inflasi sebesar 0,06 persen (month to month/mtm) atau lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,05 persen (mtm).
Bahkan, kata dia, capaian inflasi di Purwokerto pada bulan April tersebut lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah yang mengalami inflasi sebesar 0,004 persen (mtm), namun lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai 0,10 persen (mtm).
Secara tahunan, lanjut dia, inflasi di Purwokerto tercatat sebesar 3,28 persen (year on year/yoy) atau berada dalam kisaran sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5 plus minus 1 persen dan lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi bulan April pada tiga tahun terakhir, yaitu sebesar 4,00 persen (yoy).
Lebih lanjut, Agus mengatakan inflasi pada bulan April 2018 di Purwokerto terutama bersumber dari kelompok pengendalian pemerintah (administered prices) dan inti (core) yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,14 persen dan 0,06 persen.
"Inflasi 'administered prices' terutama didorong oleh kenaikan harga bensin dan aneka rokok, sedangkan inflasi kelompok 'core' bersumber dari komoditas ikan keranjang," katanya.
Sementara itu, kata dia, komoditas barang bergejolak (volatile food) yang masih menyumbang inflasi cukup tinggi pada bulan April adalah bawang merah dengan andil sebesar 0,09 persen.
Menurut dia, kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh masih belum stabilnya pasokan bawang merah dari luar daerah, khususnya dari Brebes yang sempat mengalami banjir pada awal tahun.
Di sisi lain, lanjut dia, inflasi pada bulan April 2018 tertahan oleh deflasi pada kelompok barang bergejolak (volatile food) memberikan andil deflasi sebesar minus 0,14 persen.
Ia mengatakan deflasi pada kelompok barang bergejolak terutama disebabkan oleh penurunan harga cabai merah, beras, dan bawang putih seiring dengan masih terjaganya pasokan pascapuncak panen cabai merah dan beras yang terjadi pada bulan Maret-April 2018 dan makin lancarnya arus impor bawang putih.
Berdasarkan hasil pemantauan kondisi harga terkini dan pencapaian inflasi historis, pada bulan Mei 2018 Purwokerto diperkirakan masih akan mengalami inflasi yang terkendali. Adapun beberapa potensi risiko pendorong inflasi, antara lain, indikasi kenaikan harga bahan pangan menjelang bulan puasa dan Idulfitri. Selain itu, masih terdapatnya risiko 'second round effect' meningkatnya harga BBM nonsubsidi yang dapat berpengaruh terhadap biaya angkutan dan distribusi bahan makanan.
Berita Terkait
KKB di Papua kembali disebut OPM
Kamis, 11 April 2024 5:11 Wib
Pemkot Surakarta harap bisa lanjutkan sinergi dengan Menteri ATR baru
Rabu, 21 Februari 2024 15:00 Wib
Pelari Agus Prayogo tak bisa tampil di PON 2024 karena pembatasan umur
Senin, 22 Januari 2024 14:42 Wib
AHY : Generasi muda harus tetap tertarik terhadap isu terkini
Selasa, 16 Januari 2024 7:39 Wib
PT TWC dukung pelaksanaan Pabbajja Samanera di Borobudur
Senin, 25 Desember 2023 20:06 Wib
Prima konsolidasi posko pemenangan di eks Keresidenan Pekalongan
Sabtu, 23 Desember 2023 7:48 Wib
Ketua Umum Prima jadwalkan "roadshow" keliling Jateng
Kamis, 21 Desember 2023 9:26 Wib
Pengiriman ganja dua kg ke Karanganyar digagalkan, pesanan napi Lapas Wonogiri
Rabu, 20 Desember 2023 13:21 Wib