Semarang (Antaranews Jateng) - Akses informasi kerja kelompok muda miskin dan rentan di Jawa Tengah masih rendah sehingga menyulitkan mereka untuk memasuki pasar kerja, kata Manajer Proyek Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sinergi Bambang Wicaksono.
"Akses informasi yang tidak merata tersebut jadi masalah besar bagi mereka untuk memasuki pasar kerja," katanya di Semarang, Selasa, di sela menjelaskan program penguatan koordinasi pembangunan ketenagakerjaan inklusif di Jawa Tengah.
Ia mengakui dunia internet telah membuka akses informasi bagi banyak orang, namun tidak demikian bagi kelompok muda miskin dan rentan, yang di dalamnya termasuk kaum difabel (orang dengan kemampuan berbeda).
Sebagai contoh, kata Soni, sapaan Bambang, ketika di Semarang atau di kota besar lain ada bursa kerja, banyak di antara mereka tidak tahu. Padahal, menurut dia, kesempatan kerja merupakan hak setiap orang sebagai wujud keadilan negara kepada warga negara.
Oleh karena itu, Sinergi bekerja sama dengan USAID, Rajawali Foundation, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sejak 2017 menggulirkan program pembangunan ketenagakerjaan inklusif di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Demak, dan Kabupaten Boyolali.
Soni menjelaskan periode 2017-2018 merupakan masa perintisan (piloting), sedangkan tahapan implementasi berlangsung pada 2019-2022.
Secara keseluruhan, kegiatan ini menelan biaya Rp2,6 miliar.
Jenis pelatihan kerja yang bakal diperkenalkan Sinergi kepada kelompok pemuda miskin dan rentan tersebut cukup beragam, mulai dari menjahit, kerajinan tangan, pembuatan kue, sektor pariwisata, dan lainnya.
"Secara teknis ada tiga elemen atau 3 P yang terlibat, yakni pemuda, pemerintah, dan perusahaan," kata alumnus Fisipol UGM Yogyakarta itu.
Sinergi dan mitra kerjanya, ujar Soni, berkeinginan setelah kelompok sasaran mendapat pelatihan kerja dilanjutkan dengan pendampingan hingga mereka mendapat pekerjaan.
"Jadi, bukan setelah mendapat pelatihan kemudian dibiarkan begitu saja. Happy ending begitu saja," katanya. Jumlah pemuda miskin dan rentan di empat kota dan kabupaten yang menjadi sasaran program tersebut sebanyak 800 orang.
Menurut dia, sejauh ini belum ada data ketenagakerjaan yang memuat minat dan kepemilikan keterampilan (skill) seseorang, termasuk kaum difabel, padahal ini diperlukan agar memudahkan pemetaan ketenagakerjaan.
Andhiani M. Kumalasari, Specialist Communication Sinergi, dalam kesempatan sama menyatakan saat ini pihaknya masih melakukan seleksi konsorsium, dari 20 kelompok menjadi 16 konsorsium yang terbagi di empat kota dan kabupaten.
Dari data yang dipaparkan oleh Andhiani, konsorsium itu ada yang berasal dari organasasi otonom ormas keagamaan, LSM, dan kelompok lain. Dari unsur perusahaan juga beragam, namun kebanyakan adalah UMKM.
Berita Terkait
MTQ wujudkan sinergi dalam pembangunan keagamaan di Wonosobo
Kamis, 7 Maret 2024 20:08 Wib
Bank Jateng, PT Sandana, Persi kembangkan jasa kesehatan
Sabtu, 24 Februari 2024 11:38 Wib
Pemkot Surakarta harap bisa lanjutkan sinergi dengan Menteri ATR baru
Rabu, 21 Februari 2024 15:00 Wib
FGD Sosialisasi & Peningkatan Tusi BHP, Tejo harapkan sinergi berbagai pihak
Selasa, 20 Februari 2024 10:02 Wib
Dinkes Kota Magelang perkuat sinergi, wujudkan "Kota Aman Pangan"
Senin, 5 Februari 2024 10:35 Wib
Peringati Bulan K3 2024, Kilang Cilacap usung Sinergi Bersama Wujudkan Refining Sustainability
Senin, 29 Januari 2024 22:46 Wib
Presiden apresiasi sinergi PNM bersama holding ultra mikro
Senin, 29 Januari 2024 16:01 Wib
Sinergi berbagai OPD wujudkan UHC peserta JKN Banyumas
Kamis, 23 November 2023 22:03 Wib