Solo (Antaranews Jateng) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Surakarta berupaya mencermati peredaran uang palsu menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah 2018.
"Uang palsu ini harus dicermati, selain pilkada, faktor yang juga mempengaruhi yaitu momentum menjelang bulan puasa dan lebaran," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Surakarta Bidang Advisori dan Pengembangan Ekonomi Daerah Taufik Amrozy di Solo, Jumat.
Terkait hal itu, dikatakannya, Bank Indonesia tidak bekerja sendirian melainkan juga melakukan kerja sama dengan kepolisian.
"Ada Badan Penanggulangan Peredaran Uang Palsu, dalam hal ini BI dan Polri berupaya memberantas kegiatan mafia peredaran uang palsu," katanya.
Selain melakukan pencegahan melalui koordinasi intensif dengan Kepolisian, dikatakannya, penindakan juga dilakukan oleh penyidik Polri untuk menimbulkan efek jera bagi para pelaku.
Sementara itu, dikatakannya, sebagai upaya mengantisipasi korban uang palsu, BI secara terjadwal melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat.
"Salah satunya ke pelajar agar mereka bisa mengenal lebih dini keaslian uang dengan cara dilihat, diraba, dan diterawang. Itu yang paling gampang," katanya.
Selain itu, dikatakannya, BI juga berupaya meningkatkan fitur keamanan pada uang baru yang dikeluarkan oleh BI.
"Salah satu latar belakang dikeluarkannya uang baru dengan penambahan fitur pengaman, harapannya akan sulit ditiru," katanya.
Mengenai jumlah peredaran uang palsu di masyarakat, dikatakannya,
temuan uang palsu di wilayah Surakarta pada tahun lalu mengalami penurunan.
Jika pada 2016 ditemukan sebanyak 7.000 lembar, 2017 turun menjadi 5.000 lembar," katanya.