Pejabat: percepatan tanam padi menunjukkan hasil
Banyumas (Antaranews Jateng) - Percepatan masa tanam padi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menunjukkan hasil sehingga petani bisa panen lebih awal, kata Penanggung Jawab Upaya Khusus Kementerian Pertanian Wilayah Banyumas Apri Handono.
"Saya ucapkan terima kasih terutama kepada petani yang ikut kerja sama, yang tadinya dimulai dari teman-teman Babinsa (Bintara Pembina Desa) dan penyuluh, yang tadinya tanam bulan November dipercepat menjadi bulan Oktober," katanya di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Minggu.
Apri mengatakan hal itu kepada wartawan saat mendampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan Siti Munifah menghadiri di lahan seluas 42,5 hektare milik Kelompok Tani Bumi Jaya, Desa Tinggarjaya.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa suatu perubahan berupa percepatan masa tanam padi sudah ada di Kabupaten Banyumas.
"Mudah-mudahan setelah panen ini, tidak lama lagi mereka tanam lagi," kata dia yang juga Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur.
Ia mengatakan dalam program percepatan masa tanam padi tersebut, petani di Desa Tinggarjaya juga didampingi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.
Menurut dia, hasil panen padi petani yang mengikuti program percepatan masa tanam itu tergolong cukup baik karena berdasarkan hasil penghitungan secara ubinan, hasilnya diperkirakan mencapai 9 ton gabah kering panen per hektare.
Sementara itu, Komandan Komando Distrik Militer 0701/Banyumas Letnan Kolonel Infanteri Erwin Ekagita Yuana mengatakan pihaknya telah menginstruksikan seluruh komandan rayon militer dan Babinsa untuk ikut menyukseskan program percepatan masa tanam.
"Khusus yang di Tinggarjaya ini, atas koordinasi dengan berbagai pihak, kita bahkan membuat suatu hal yang di luar kebiasaan namun hasilnya hari ini panen bisa dilaksanakan. Biasanya Tinggarjaya ini panennya bulan Maret," katanya.
Ia mengatakan saat tim dari Kementan datang sebelum percepatan masa tanam, kondisi saat itu sedang ada perbaikan saluran irigasi sehingga tidak ada air dan lahan sawah kering.
Oleh karena itu, dia mengaku langsung mengistruksikan kepada Babinsa jika lahan sawah tersebut tidak bisa diolah dengan air lebih dulu baru menggunakan mesin, mainkan traktor pada saat kering, dan ternyata dampaknya cukup bagus.
Berdasarkan informasi dari pihak-pihak pendamping lainnya, kata dia, telur-telur wereng batang cokelat bisa mati saat lahan masih kering.
Selain itu, lanjut dia, ketika lahan sawah yang sudah ada airnya diolah menggunakan traktor hanya sampai mata kaki, namun jika diolahnya saat masih kering bisa sampai betis.
"Yang jelas lahan waktu itu sudah diolah dan petani akhirnya memaklumi karena waktu itu menunggu air enggak pasti, lebih baik digarap dulu. Waktu itu, kami juga punya alternatif, kalau air belum ada, kami laksanakan program pajale (padi, jagung, dan kedelai) yang lain, mungkin jagung atau kedelai. Namun alhamdulillah, pada bulan Oktober sudah ada air sehingga bisa segera ditanami padi," katanya.
"Saya ucapkan terima kasih terutama kepada petani yang ikut kerja sama, yang tadinya dimulai dari teman-teman Babinsa (Bintara Pembina Desa) dan penyuluh, yang tadinya tanam bulan November dipercepat menjadi bulan Oktober," katanya di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Minggu.
Apri mengatakan hal itu kepada wartawan saat mendampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan Siti Munifah menghadiri di lahan seluas 42,5 hektare milik Kelompok Tani Bumi Jaya, Desa Tinggarjaya.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa suatu perubahan berupa percepatan masa tanam padi sudah ada di Kabupaten Banyumas.
"Mudah-mudahan setelah panen ini, tidak lama lagi mereka tanam lagi," kata dia yang juga Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu, Jawa Timur.
Ia mengatakan dalam program percepatan masa tanam padi tersebut, petani di Desa Tinggarjaya juga didampingi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah.
Menurut dia, hasil panen padi petani yang mengikuti program percepatan masa tanam itu tergolong cukup baik karena berdasarkan hasil penghitungan secara ubinan, hasilnya diperkirakan mencapai 9 ton gabah kering panen per hektare.
Sementara itu, Komandan Komando Distrik Militer 0701/Banyumas Letnan Kolonel Infanteri Erwin Ekagita Yuana mengatakan pihaknya telah menginstruksikan seluruh komandan rayon militer dan Babinsa untuk ikut menyukseskan program percepatan masa tanam.
"Khusus yang di Tinggarjaya ini, atas koordinasi dengan berbagai pihak, kita bahkan membuat suatu hal yang di luar kebiasaan namun hasilnya hari ini panen bisa dilaksanakan. Biasanya Tinggarjaya ini panennya bulan Maret," katanya.
Ia mengatakan saat tim dari Kementan datang sebelum percepatan masa tanam, kondisi saat itu sedang ada perbaikan saluran irigasi sehingga tidak ada air dan lahan sawah kering.
Oleh karena itu, dia mengaku langsung mengistruksikan kepada Babinsa jika lahan sawah tersebut tidak bisa diolah dengan air lebih dulu baru menggunakan mesin, mainkan traktor pada saat kering, dan ternyata dampaknya cukup bagus.
Berdasarkan informasi dari pihak-pihak pendamping lainnya, kata dia, telur-telur wereng batang cokelat bisa mati saat lahan masih kering.
Selain itu, lanjut dia, ketika lahan sawah yang sudah ada airnya diolah menggunakan traktor hanya sampai mata kaki, namun jika diolahnya saat masih kering bisa sampai betis.
"Yang jelas lahan waktu itu sudah diolah dan petani akhirnya memaklumi karena waktu itu menunggu air enggak pasti, lebih baik digarap dulu. Waktu itu, kami juga punya alternatif, kalau air belum ada, kami laksanakan program pajale (padi, jagung, dan kedelai) yang lain, mungkin jagung atau kedelai. Namun alhamdulillah, pada bulan Oktober sudah ada air sehingga bisa segera ditanami padi," katanya.