Ajarkan Kelola Sampah Sejak Dini
Semarang, ANTARA JATENG - Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang mengajak masyarakat untuk mengajarkan pengelolaan sampah sejak dini kepada anak-anaknya.
"Salah satu kendala terberat untuk lingkungan adalah mengubah `mindset` masyarakat," kata Kepala DLH Kota Semarang Gunawan Saptogiri di Semarang, Selasa.
Ia mencontohkan perilaku masyarakat membuang sampah yang sering sembarangan, akhirnya menjadi kebiasaan berulang yang lambat laun menjadi karakteristik masyarakat.
Menurut dia, kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dan sampah selama ini memang masih sangat rendah.
Apabila pengetahuan tentang pengelolaan sampah diajarkan dan ditanamkan sejak dini, lanjut dia, "mindset" anak-anak mengenai sampah akan mengubah karakteristik masyarakat.
Selama ini, DLH yang dulu bernama Badan Lingkungan Hidup (BLH) terus mengajak semua elemen masyarakat untuk peduli lingkungan, termasuk dengan menggandeng sekolah-sekolah.
"Kami terus edukasi pengelolaan sampah dengan menggandeng sekolah maupun kelompok komunitas peduli lingkungan secara berkelanjutan, termasuk pembuatan bank sampah," katanya.
Ia menyebutkan sudah ada sekitar 50 bank sampah yang tersebar di 16 kecamatan yang tidak hanya sekadar untuk menampung sampah, tetapi juga mengelola sampah secara produktif.
"Misalnya, bagaimana mengolahnya (sampah, red.) menjadi pupuk kompos, barang kerajinan, dan sebagainya. Inilah yang perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak," katanya.
Artinya, kata dia, sampah ternyata bisa diolah menjadi barang produktif dengan didaur ulang, bukan sekadar barang yang tidak berguna lagi dan menjadi sumber penyakit.
Produksi sampah di Kota Semarang, kata dia, selama ini cukup tinggi mencapai 1.100 ton/hari, sementara yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang sekitar 900 ton, sisanya diolah di bank-bank sampah.
Ia mengatakan pengelolaan sampah secara produktif juga menjadi materi edukasi kepada siswa, seperti pembuatan pupuk kompos hingga pembuatan bank-bank sampah.
"Ya, kami sangat berharap bank-bank sampah bisa muncul di sekolah-sekolah, termasuk pengelolaan sampah menjadi sesuatu yang produktif," pungkas Gunawan.
"Salah satu kendala terberat untuk lingkungan adalah mengubah `mindset` masyarakat," kata Kepala DLH Kota Semarang Gunawan Saptogiri di Semarang, Selasa.
Ia mencontohkan perilaku masyarakat membuang sampah yang sering sembarangan, akhirnya menjadi kebiasaan berulang yang lambat laun menjadi karakteristik masyarakat.
Menurut dia, kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dan sampah selama ini memang masih sangat rendah.
Apabila pengetahuan tentang pengelolaan sampah diajarkan dan ditanamkan sejak dini, lanjut dia, "mindset" anak-anak mengenai sampah akan mengubah karakteristik masyarakat.
Selama ini, DLH yang dulu bernama Badan Lingkungan Hidup (BLH) terus mengajak semua elemen masyarakat untuk peduli lingkungan, termasuk dengan menggandeng sekolah-sekolah.
"Kami terus edukasi pengelolaan sampah dengan menggandeng sekolah maupun kelompok komunitas peduli lingkungan secara berkelanjutan, termasuk pembuatan bank sampah," katanya.
Ia menyebutkan sudah ada sekitar 50 bank sampah yang tersebar di 16 kecamatan yang tidak hanya sekadar untuk menampung sampah, tetapi juga mengelola sampah secara produktif.
"Misalnya, bagaimana mengolahnya (sampah, red.) menjadi pupuk kompos, barang kerajinan, dan sebagainya. Inilah yang perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak," katanya.
Artinya, kata dia, sampah ternyata bisa diolah menjadi barang produktif dengan didaur ulang, bukan sekadar barang yang tidak berguna lagi dan menjadi sumber penyakit.
Produksi sampah di Kota Semarang, kata dia, selama ini cukup tinggi mencapai 1.100 ton/hari, sementara yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang sekitar 900 ton, sisanya diolah di bank-bank sampah.
Ia mengatakan pengelolaan sampah secara produktif juga menjadi materi edukasi kepada siswa, seperti pembuatan pupuk kompos hingga pembuatan bank-bank sampah.
"Ya, kami sangat berharap bank-bank sampah bisa muncul di sekolah-sekolah, termasuk pengelolaan sampah menjadi sesuatu yang produktif," pungkas Gunawan.