Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
menyatakan penggunaan teknologi penginderaan jauh satelit Lapan-A2 dan
Lapan-3 milik Lembagan Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah
untuk menekan biaya pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dari
aksi pencurian.
"Biaya operasional pengawasan itu sekitar 40 persen dari total
anggaran Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang
mencapai Rp780 miliar. Dengan penggunaan satelit milik LAPAN ini kita
harap biaya bisa ditekan," kata Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan KKP Eko Djalmo di Jakarta, Rabu.
KKP sejak beberapa tahun terakhir memang sudah memanfaatkan citra
satelit dengan sensor Automatic Identification System (AIS) untuk
pemantau aktivitas maritim milik asing dalam memonitor pencurian ikan di
perairan Indonesia.
Dengan adanya satelit Lapan-A2 yang juga dilengkapi sistem sensor
yang sama kini Kementerian ini mulai memanfaatkan teknologi anak bangsa.
"Ya kita berharap pemantauan dengan satelit milik LAPAN maksimal,
bisa menekan biaya operasional pengawasan, syukur kalau bisa sampai 50
persen. Kalau gunakan satelit LAPAN kan tidak bayar, sama-sama lembaga
negara," kata Eko.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardjanto
mengatakan pemanfaatan teknologi satelit ini memungkinkan kapal
pengawasan milik KKP untuk bergerak lebih efektif dan efisien dalam
menangkap dan menindak kapal-kapal pencuri ikan maupun kapal yang
merusak karang seperti yang terjadi di Raja Ampat belum lama ini.
"Dengan citra satelit jadi bisa terlihat posisi pasti kapal pencuri
ikan, jadi kapal pengawas tidak perlu lagi bergerak seperti setrika
untuk mencari kapal pencuri ikan. Jadi lebih hemat bahan bakar," kata
Rifky.
Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa LAPAN Rika
Andiarti mengatakan sebelumnya penandatanganan MoU kali ini juga sudah
ada kesepakatan kerja sama antara LAPAN dan KKP pada 2015.
Dari kesepakatan itu sudah ada beberapa kegiatan penginderaan jauh
di zona penangkapan ikan, dan hasilnya sudah dapat umpan balik positif
dari nelayan.
Kali ini kerja sama lebih jauh lagi dilakukan untuk pemanfaatan
teknologi antariksa untuk pengawasan perikanan dengan satelit dan
pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV).
Meski sensor AIS dari satelit LAPAN-A2 belum bisa untuk memantau
secara penuh perairan Indonesia, namun teknologi antariksa ini bisa
menjadi pelengkap dari sistem pengawasan perairan yang sudah ada di
Indonesia.
Untuk UAV, Rika mengatakan sejauh ini sudah dimanfaatkan untuk
memonitor titik api kebakaran hutan dan lahan (karhutla), bencana
longsor dan banjir hingga pembalakan liar. Selain itu, juga sudah dicoba
untuk melakukan pemetaan titik garis pantai tertentu yang tidak bisa
dilakukan oleh satelit.
"Kali Ini akan digunakan untuk pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan. Buat LAPAN ini tantangan tersendiri, selain menaikkan
kompetensi juga utk meningkatkan penggunaan teknologi yang sudah
dikembangkan sendiri, harapannya bisa diaplikasikan dengan baik," ujar
Rika.
Berita Terkait
Masjid Sheikh Zayed edukasi pengunjung soal penggunaan air
Rabu, 27 Maret 2024 10:09 Wib
Komisi X DPR RI jadikan Solo sebagai model penggunaan bahasa daerah
Kamis, 21 Maret 2024 17:03 Wib
KPU Pekalongan imbau masyarakat hentikan penggunaan medsos sebar hoaks
Senin, 19 Februari 2024 20:17 Wib
Gibran akan ikuti aturan KPU terkait penggunaan singkatan saat debat
Jumat, 5 Januari 2024 14:27 Wib
Kemenkominfo susun etika pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan
Selasa, 7 November 2023 22:24 Wib
Kampanye penggunaan QRIS di Kudus
Minggu, 22 Oktober 2023 15:53 Wib
Pemkot Pekalongan kenalkan penggunaan bahasa isyarat
Kamis, 21 September 2023 13:23 Wib
Akademikus Unsoed: Penggunaan pupuk nitrogen buatan rugikan petani
Selasa, 19 September 2023 16:43 Wib