Jakarta, Antara Jateng - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan
mengundang perusahaan farmasi Jerman untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
Langkah aktif tersebut dilakukan guna memanfaatkan rangkaian
kunjungan Presiden Joko Widodo ke Eropa, yakni Jerman, Inggris, Belanda
dan Belgia.
"Kami akan mengundang produsen farmasi Jerman untuk memperluas
investasi yang sudah ada maupun melakukan investasi baru di Indonesia
mengingat Jerman merupakan sumber investasi sektor farmasi keempat
terbesar di dunia, sebesar 4,33 miliar dolar AS," kata Kepala BKPM
Franky Sibarani dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
Franky menambahkan, beberapa perusahaan farmasi dari Jerman sudah
berinvestasi di Indonesia dan saat ini sedang dalam tahap konstruksi.
Dia juga meyakinkan potensi pasar farmasi Indonesia sangat besar.
"Pasar farmasi Indonesia berpotensi untuk tumbuh dua kali lipat pada
2018 dibandingkan 2013, dan diperkirakan berada di peringkat 20 besar
dunia yang didorong oleh tumbuhnya masyarakat kelas menengah," katanya.
Sementara dana yang dihabiskan untuk kesehatan per kapita di
Indonesia naik dari 61 dolar AS pada tahun 2008 menjadi 108 dolar AS
pada tahun 2012, namun masih lebih rendah dibanding Filipina 119 dolar
AS, Thailand 215 dolar AS dan Malaysia 410 dolar AS.
Lebih lanjut, Franky menjelaskan kebijakan pemerintah membuka
investasi terutama di bidang industri bahan baku obat dengan membuka
kepemilikan asing hingga 100 persen dari posisi sebelumnya hanya 85
persen.
Kebijakan itu diharapkan dapat meningkatkan daya saing investasi sektor farmasi.
Selain itu, juga diharapkan dapat mendorong investasi di bidang farmasi lainnya seperti industri farmasi obat jadi.
Pasalnya, pelaku industri obat jadi memiliki pilihan bahan baku
dengan harga yang lebih rendah dan mengurangi impor bahan baku untuk
industri obat jadi.
Berdasarkan data BKPM, komitmen investasi dalam negeri di sektor
farmasi pada tahun 2015 mencapai Rp5,14 triliun, naik dibandingkan tahun
2014 sebesar Rp2,47 triliun.
Sementara komitmen investasi asing pada 2015 mencapai 106 juta dolar
AS, naik dibandingkan tahun 2014 sebesar 46 juta dolar AS.
Berita Terkait
Bahlil pastikan Xinyi lanjutkan investasi di Rempang
Jumat, 20 Oktober 2023 16:17 Wib
Kemen Investasi lakukan verifikasi kinerja PTSP dan PPB Boyolali
Selasa, 10 Oktober 2023 16:44 Wib
Kemudahan akses investasi di Jateng dapat apresiasi BKPM
Kamis, 8 September 2022 15:06 Wib
BKPM maps 47 sustainable investment projects
Kamis, 19 Mei 2022 4:52 Wib
BKPM petakan 47 proyek investasi berkelanjutan permudah calon investor
Rabu, 18 Mei 2022 20:38 Wib
Kepala BKPM terus promosikan KIT Batang ke investor
Kamis, 22 April 2021 13:05 Wib
Soal Tesla, Bahlil: Negosiasi masih terus berjalan
Rabu, 24 Februari 2021 13:16 Wib
KIT Batang dipastikan siap terima investor pada 2021
Rabu, 17 Februari 2021 10:00 Wib