Solo (ANTARA) - Satuan Penyedia Pemenuhan Gizi (SPPG) Kota Surakarta memastikan 73,7 persen tenaga kerja yang dipekerjakan di dapur makan bergizi gratis (MBG) merupakan warga lokal.
Koordinator SPPG Kota Surakarta Priyo Widyastoko di Solo, Jawa Tengah, Sabtu mengatakan secara keseluruhan komposisi tenaga kerja di SPPG memang didominasi oleh warga Solo, terutama ibu rumah tangga di sekitar lokasi.
"Usia pekerja maksimal 50 tahun. Rata-rata ibu rumah tangga yang menjadi pegawai di SPPG," katanya.
Dengan begitu, dikatakannya, para ibu rumah tangga dapat makin produktif. Bahkan kini memiliki penghasilan tambahan.
"Jam kerja delapan jam/hari, dan sistem pengupahan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing SPPG, namun semuanya dipastikan layak," katanya.
Melihat kondisi tersebut, dampak ekonomi dari keberadaan SPPG mulai dirasakan masyarakat. Dengan demikian, keberadaan SPPG tidak hanya membantu kebutuhan gizi anak-anak sekolah tetapi juga menggerakkan perekonomian di kalangan masyarakat.
Wakil Satgas MBG Kota Surakarta Purwanti mengatakan dari total 852 tenaga kerja di 19 SPPG yang sudah beroperasi, sebanyak 628 orang atau 73,7 persen di antaranya merupakan warga Kota Solo.
Melihat angka tersebut, dikatakannya, SPPG telah melampaui target minimal penyerapan tenaga lokal yang sebelumnya ditetapkan sebesar 60 persen.
"Dari 19 SPPG yang sudah beroperasi, 73,7 persen tenaga kerjanya adalah warga Solo. Artinya, sebagian besar tenaga kerja lokal sudah terserap. Ini sesuai harapan Pak Wali, bahwa program ini tidak hanya memberi makan anak-anak sekolah, tapi juga membuka lapangan kerja," katanya.
Sementara itu, sesuai dengan aturan untuk satu SPPG jumlah tenaga kerja sebanyak 50 orang. Dari total tersebut, tiga di antaranya adalah tenaga ahli dan 47 lainnya merupakan tenaga relawan.
Relawan ini bertugas di bagian dapur, distribusi, keamanan, hingga kebersihan. Sedangkan tenaga ahli bertanggung jawab pada aspek gizi dan pengawasan kualitas pangan.