Solo (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP)  Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., mengingatkan peran guru besar untuk bangsa pada acara pengukuhan lima guru besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Haedar pada Sidang Terbuka Senat yang mengukuhkan lima guru besar baru di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan, Solo, Jawa Tengah, Kamis mengatakan guru besar tidak hanya identik dengan gelar akademik tertinggi tetapi juga membawa tanggung jawab moral dan sosial sebagai guru kehidupan.

“Ilmu pada tingkat tertinggi harus memberi kemanfaatan terbesar. Seperti sabda Nabi, amal manusia terputus kecuali tiga hal, yakni sedekah jariyah, doa anak sholeh, dan ilmu yang bermanfaat. Maka guru besar sejatinya adalah sosok yang menghadirkan ilmu yang mencerahkan, membebaskan, dan memberdayakan kehidupan umat manusia,” katanya.

Haedar berharap dengan bertambahnya guru besar di UMS dapat memperkuat peran universitas sebagai pusat keunggulan akademik, riset, pengabdian masyarakat, serta pengembangan Islam Berkemajuan.

“Gelar akademik bukan sekadar simbol kehormatan, tetapi juga amanah untuk melahirkan generasi bangsa yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, dan mampu membawa perubahan menuju peradaban yang lebih baik,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Rektor I UMS Prof. Ihwan Susila, S.E., M.Si., Ph.D., menyampaikan rasa syukur dan bangga atas bertambahnya jumlah profesor di UMS.

“Pagi hari ini kita dianugerahi Allah SWT lima profesor baru di bidang ekonomi, engineering, kesehatan, dan pendidikan. Ini bukan hanya kebahagiaan UMS, tetapi juga kebanggaan Jawa Tengah dan Bangsa Indonesia. Karena guru besar adalah pilar utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di universitas,” ujarnya.

Ihwan menegaskan pencapaian ini tidak hanya menjadi motivasi bagi para dosen UMS untuk terus meningkatkan jabatan fungsional, tetapi juga sebagai energi baru bagi universitas dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. 

Ia juga memberikan apresiasi kepada keluarga besar para profesor yang telah mendukung perjalanan panjang hingga mencapai jabatan akademik tertinggi tersebut.

Kepala LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah Prof. Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M.Pd., turut memberikan ucapan selamat sekaligus pesan penting. Menurutnya, pengukuhan ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal untuk menancapkan bendera keilmuan di bidang masing-masing.

“Ini awal untuk mengajak civitas academica, baik S1, S2, maupun S3, agar penelitian semakin mengerucut pada bidang kepakaran bapak ibu guru besar. Kami mencatat UMS kini memiliki 55 guru besar aktif. Tugas kami adalah terus mengawal agar lebih banyak doktor di UMS yang siap melanjutkan ke jenjang guru besar,” tuturnya.

Kepala LLDIKTI Wilayah VI itu juga menekankan pentingnya percepatan pengajuan jabatan akademik sebelum regulasi baru memperketat selektivitas pada 2026. Ia berharap UMS dapat terus menambah jumlah guru besar di periode-periode berikutnya.

Sementara itu, lima Guru Besar yang dikukuhkan adalah Prof. Muhammad Mujiburohman, S.T., M.T., Ph.D sebagai Guru Besar bidang Teknologi Separasi, Prof. Muhammad Sholahuddin, S.E., M.Si., Ph.D sebagai Guru Besar bidang Akuntansi dan Analisis Bisnis, Prof. Dr. Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes sebagai Guru Besar bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Prof. Dr. Minsih, S.Ag, M.Pd sebagai Guru Besar bidang Pendidikan Inklusi, dan Prof. Ir. Herry Purnama, M.T., Ph.D sebagai Guru Besar bidang Teknologi Bersih dan Pengolahan Limbah.


Pewarta : Aris Wasita
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025