Semarang (ANTARA) - Pembelajaran IPA tentang makanan sering kali dianggap mudah oleh peserta didik. Namun, praktik keseharian mereka menunjukkan pola makan dan jajan sembarangan, tanpa memperhatikan kebutuhan dan kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori yang dipelajari di kelas dan praktik yang dilakukan sehari-hari. Dengan kata lain, kemampuan literasi sains peserta didik masih kurang.

Menurut Harlen (2004), literasi sains mencakup pengetahuan tentang sains, proses sains, pengembangan sikap ilmiah, dan pemahaman terhadap sains. Idealnya, peserta didik dapat menerapkan pengetahuan ini untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan ilmiah. Rendahnya literasi sains berdampak negatif pada kemampuan mereka dalam memahami dan menyikapi berbagai fenomena alam dan isu-isu ilmiah di sekitar mereka. Oleh karena itu, perlu ada perbaikan pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman langsung yang bermakna.

Pembelajaran saintifik kontekstual merupakan salah satu jawaban untuk meningkatkan literasi sains. Metode ini memungkinkan peserta didik melihat relevansi konsep ilmiah dengan pengalaman sehari-hari mereka. Pembelajaran ini melibatkan kegiatan 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Sebagai contoh, guru dapat menggunakan lembar kerja dengan judul "Aku adalah Apa yang Aku Makan". Lembar kerja ini berisi tabel makanan, kandungan nutrisi, jumlah kalori, serta informasi tambahan terkait bahan makanan dan permasalahan yang muncul di masyarakat.

Langkah pertama adalah apersepsi dan motivasi. Guru memberikan pertanyaan pemantik untuk menggali pengetahuan awal peserta didik dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dipelajari. Tujuannya adalah untuk memberikan motivasi dan manfaat pembelajaran yang akan dilakukan.

Selanjutnya adalah identifikasi dan eksplorasi. Peserta didik dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang dengan kemampuan yang berbeda. Mereka mengidentifikasi menu makanan yang dibawa dari rumah dan mencari informasi tentang kandungan nutrisinya menggunakan buku atau gawai. Informasi ini kemudian ditulis pada tabel lembar kerja.

Tahap berikutnya adalah diskusi kelompok. Peserta didik mendiskusikan hasil identifikasi masing-masing anggota kelompok dan menyelesaikan kasus-kasus yang ada pada lembar kerja. Mereka juga menyusun menu diet sehat sebagai solusi pola hidup sehat.

Setelah itu, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Hal ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menyampaikan pengetahuan dan pengalaman mereka.

Pada akhir pertemuan, peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran dan melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan. Melalui pembelajaran saintifik kontekstual, peserta didik belajar langsung tentang makanan sehat yang tubuh butuhkan. Mereka mencari informasi tentang nilai kalori dari makanan yang mereka bawa dan menyesuaikannya dengan kebutuhan kalori tubuh. Harapannya, mereka dapat memilih dan menyusun menu sehat serta menghindari penggunaan zat aditif karena "aku adalah apa yang aku makan".

Metode ini tidak hanya meningkatkan literasi sains, tetapi juga mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Semua peserta didik ikut berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan literasi sains meningkat.

Devara Adelio, murid kelas 8i, mengaku, "Senang sekali rasanya karena bisa praktik menghitung kalori dari menu makanan yang saya bawa dari rumah, sehingga saya tahu takaran makanan yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, saya akan lebih selektif dalam memilih jajan yang sehat."

Dengan demikian, pembelajaran saintifik kontekstual memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik dan meningkatkan literasi sains mereka. Pengetahuan, proses, pengembangan sikap, dan pemahaman sains pun dapat tercapai dengan baik. ***


*Penulis adalah Fasilitator Tanoto Foundation &
Guru SMPN 1 Brangsong, Kendal

Pewarta : Berka Efriana, S.Pd.*
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024