Teheran, Antara Jateng– Kontrak 10 miliar dolar Amerika (sekitar Rp135,9 triliun) antara Iran dan produsen pesawat Eropa Airbus untuk pembelian 118 pesawat masih menunggu persetujuan dari Amerika Serikat (AS), ujar Deputi Menteri Perhubungan Asghar Fakhrieh Kashan kepada AFP pada Jumat (03/06).
Iran memesan sekitar 200 pesawat dari tiga produsen Barat sejak sanksi nuklir dicabut pada pertengahan Januari.
Namun, kontrak Airbus itu masih membutuhkan persetujuan dari US Office of Foreign Assets Control (OFAC) mengingat lebih dari 10 persen komponen pesawat Airbus berasal dari AS.
Sejumlah produsen Barat selama hampir dua dekade dilarang menjual pesawat atau perlengkapan serta suku cadang untuk maskapai Iran.
Setelah pencabutan sanksi, Teheran dan Airbus menandatangani nota kesepahaman untuk pembelian tersebut saat kunjungan Presiden Hassan Rouhani ke Paris pada Januari, demikian dilaporkan AFP.
 
Iran memesan sekitar 200 pesawat dari tiga produsen Barat sejak sanksi nuklir dicabut pada pertengahan Januari.
Namun, kontrak Airbus itu masih membutuhkan persetujuan dari US Office of Foreign Assets Control (OFAC) mengingat lebih dari 10 persen komponen pesawat Airbus berasal dari AS.
Sejumlah produsen Barat selama hampir dua dekade dilarang menjual pesawat atau perlengkapan serta suku cadang untuk maskapai Iran.
Setelah pencabutan sanksi, Teheran dan Airbus menandatangani nota kesepahaman untuk pembelian tersebut saat kunjungan Presiden Hassan Rouhani ke Paris pada Januari, demikian dilaporkan AFP.